Tiga hal di atas mungkin saja hanya contoh kasus atau fenomena sesaat. Selain karena keadaan kali ini dipandang "darurat", juga mendadak. Jika keliru menyebutnya tanpa persiapan sama sekali.
Kemudian bersisa pertanyaan. Benarkah anggapan pada era milenial, gaya hidup digital sudah menjadi budaya hidup?
Banyak tips dan triks serta ulasan yang dibagikan untuk menghadapi situasi seperti saat ini. Niatnya jelas! Selain memudahkan guru, siswa dan orangtua juga menjamin konsep belajar mengajar tetap berjalan.
Seperti malam tadi, di WAG Kompasianer. Aku mendapatkan materi Screen Time sebagai panduan bagi orangtua mengatur penggunaan gawai bagi anak-anak. Materi parenting ini dibagikan oleh Mas Giri Lumakto yang sebelumnya membuka kulwat (Kuliah Whatsapp).
Pagi tadi, dari grup yang sama, ada unggahan dari Mas Himam Miladi tentang Panduan Penggunaan Aplikasi Google Classroom buat guru. Suatu konsep ruang kelas non fisik dan non tatap muka, namun guru dan siswa bisa berinteraksi.
Saat aku bagikan ke beberapa WAG yang kumiliki. Selain ucapan terima kasih, beragam respon aku dapatkan, malah bukan saja ke konten yang aku bagikan. Tapi hal-hal yang mereka alami dan hadapi.
"Susah diaplikasikan, Bang! Apakah semua guru dan orangtua melek IT?"
"Kita harus masuk kerja, Bang! Kalau begitu, anak-anak harus didampingi terus, kan?"
"Guru sudah terlalu banyak kerja, Bang! Belum lagi ini mau siapkan rapor UTS!"
"Kenapa tidak libur saja, titik! Belajar di rumah gak efektif!"