Atau semua anggota keluarga duduk di ruang keluarga serta masing-masing sibuk dengan gawai masing-masing? Bisa dibayangkan? Semua anggota keluarga terdampak pada penyakit Connecting People, disconnecting family! Perih, kan?
Bila tiga hal ini, dibiarkan. Perlahan setiap pribadi di dalam keluarga akan menjadi "orang asing". Jika terjadi masalah, antar pasangan orangtua lebih nyaman bicara dengan orang lain. Karena terlanjur "ada jarak" di antara keduanya.
Ada permasalahan pada anak, orangtua lebih cenderung menyelesaikan versi masing-masing. Tak lagi ada kompromi. Anak-anak tak merasakan "keberadaan" orangtua. Atau merasa takut salah, khawatir bahkan tak lagi percaya pada orangtua.
Jika sudah demikian, apa yang bisa dilakukan?
Bersama Belakukan "Strategic Family Therapy"!
Keluarga adalah sistem sosial terkecil dan alami. Biasanya, pada awal pembentukan keluarga baru, seseorang dipercaya menyusun aturan, peran dan fungsi, struktur kekuasan serta komunikasi di dalam sebuah keluarga.
Seiring perjalanan waktu dan bertambah usia, perubahan mental serta psikologis anggota keluarga. Aturan di awal butuh ditinjau ulang. Menyesuaikan dengan perubahan yang pasti terjadi.
Jika tidak dilakukakan? Terkadang hal ini mengundang tersendatnya komunikasi. Idealnya, perubahan itu kemudian melibatkan semua anggota keluarga. Gampangnya, seperti saat mengikuti pelatihan-pelatihan atau di awal pembelajaran. Jamak disebut dengan "learning contract".
Bisa saja, berisi tentang apa yang diinginkan anggota keluarga, tata tertib atau aturan main, secara bersama menetapkan apa yang boleh dan tidak. Juga jenis sanksi jika hal itu dilanggar. Lalu, bagaimana dengan masalah komunikasi di dalam keluarga?
Dalam ranah psikologi dikenal dengan istilah Strategic family therapy. Secara sederhana, adalah sebuah pendekatan yang fokus memecahkan masalah yang melibatkan semua anggota keluarga. Dengan mencari dan memahami penyebab serta menggali solusi yang dilakukan bersama. Aih, teoritik, ya?