Kedua. Hidup berdampingan dengan orang lain. Moment makan bersama, mengajarkan diri anak untuk tidak berlaku "suka-suka." Menjadi lebih hati-hati saat minum, karena jika tumpah akan mengenai orang di sebelahnya. Belajar menahan diri, agar orang di sekitarnya tak terganggu.
Ketiga. Menghormati perasaan orang lain. Akan ada suasana tak menyenangkan pada suasana makan bersama. Semisal salah satu anak berujar, "Masakan ini tidak enak!" Anggota yang lain akan memarahi, karena khawatir yang memasak akan tersinggung. Anak yang begitu, juga akan "diserbu" hingga kapok.Â
Pada acara makan bersama selanjutnya, semua anggota keluarga tak akan melakukan itu lagi. Mungkin akan tetap diam dan mendengarkan. Jika ini dilakukan sejak dini, akan terbawa hingga dewasa.
Keempat. Menghormati milik orang lain dan belajar berbagi. Pernah melihat anak rebutan gegara memilih peralatan makan atau rebutan lauk? Atau malah anak tak mau berbagi dengan saudaranya? Hingga orangtua menganggap bijak dengan memilih menyediakan hal yang sama?
Kukira, momen makan bersama, menjadi waktu yang tepat untuk mengajarkan itu. Â Tak semua keinginan musti terpenuhi, dan adakalanya anak-anak harus berbagi dengan orang lain.
Bagiku, keluarga tetaplah pintu gerbang awal anak untuk menjelajahi kehidupannya di masa depan.
Apapun pendidikan dan pengetahuan yang kemudian didapatkan anak-anak di lingkungan pergaulan atau di berbagai jenjang pendidikan. Setidaknya ajaran dan tradisi yang diciptakan orangtua, menjadi  bekal sekaligus "filterisasi" sikap dan prilaku anak.
Demikianlah. Jika sepakat, hayuk salaman!
Curup, 24. 02. 2020