Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Logika, Argumentasi, dan Rekayasa Peristiwa Kelereng

23 Februari 2020   19:08 Diperbarui: 23 Februari 2020   20:02 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by pixabay.com

Ada yang pernah main kelereng atau gundu? Aku tuliskan rekayasa kisah perjalanan panjang dua orang anak lelaki yang bermain kelereng. Kusebut saja "peristiwa kelerang," ya?

Pertama. Ternyata saat bermain, kedua anak itu saling dorong akhirnya berkelahi. Yang dilakukan orangtua? Melarang anak bermain? Membuang kelereng? Atau malah ikut bertengkar membela anak masing-masing?

Kedua. Akibat perkelahian itu, salah satu dari anak tertelan kelereng. Maka dibawa ke rumah sakit. Ternyata musti dilakukan operasi dan butuh biaya. Atas saran dan bisikan kiri dan kanan, orangtua sang anak melaporkan ke yang berwajib.

Ketiga. Pihak berwajib bergerak cepat, melakukan beberapa tahapan, menggali data dan mencari saksi-saksi. Dan diambil beberapa hipotesa awal sebagai penyebab :

1). Orangtua lalai, karena anak bermain tak didampingi orangtua.

2). Orangtua salah, karena Anak tak diajari SOP cara bermain kelereng yang baik dan benar. 

3). Anak bersalah, karena tak meminta izin bermain kelereng

Keempat. Kejadian ini meluas. Berawal dari berita daerah, menjadi berita nasional hingga mendapat respon dunia internasional. Media massa menjadi pemantik jitu! Semisal mewawancarai pedagang kelereng, yang ternyata berdagang tanpa izin dan tak pernah bayar pajak.

Kelima. Karena viral. Maka beberapa pihak terkait memberi respon. Ada yang meninjau ulang keberadaan pabrik pembuat kelereng, ahli parenting membuat tutorial cara-cara mendampingi anak saat bermain kelereng dengan aman. Politisi memandang perlu dibuat RUU tentang kelereng, tokoh masyarakat dan tokoh agama memilih topik dengan "tema kunci" kelereng.

Keenam. Akan ada razia kelereng, di semua lembaga pendidikan tak boleh ada kelereng bahkan gambar kelereng. Akan lahir artikel, puisi, cerpen bahkan novel juga lagu bertema kelereng. Ahli digital membuat aplikasi permainan pengganti kelereng. Hingga akhirnya diharapkan suatu saat, kelereng menjadi punah karena berbahaya!

Tuh? Bisa saja aku tulis rekayasa dampak dari "peristiwa kelereng" itu lebih panjang lagi, kan? Bagaimana akhir kisah kedua anak yang bermain kelereng itu? Terlupakan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun