Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Menyigi Pentingnya Menemukan Harga Diri

18 Februari 2020   15:18 Diperbarui: 18 Februari 2020   18:23 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by pixabay.com

"Rasanya ketidaksiapan mental itu intinya harga diri, Bang?

"Setiap individu berbeda dan tak bisa diukur, kan?"

"Jadi?"

"Semoga ada penemuan serum anti gagal dan anti malu!"

Bersyukur dan terima kasih buat Kompasiana, artikelku berjudul "Mungkinkah Ketidaksiapan Mental, Pemicu Aksi Kekerasan di Sekolah," malah menghasilkan diskusi lanjutan usai artikel itu kubagikan. dan, hadirlah artikel ini. Ahaaay...

Percakapan di atas adalah refleksi, usai membahas beberapa alasan Anak didik, guru dan orangtua. Bahwa ketidaksiapan mental itu karena takut gagal dan rasa malu. Hal ini berkaitan erat dengan harga diri seseorang,

Suatu keberhasilan memang mampu meningkatkan harga diri juga kepercayaan diri. Namun mampu menyikapi sebuah kegagalan dengan menyigi kekurangan pada kegagalan itu, adalah tanda seseorang memiliki harga diri yang tinggi.

Secara sederhana harga diri (self esteem) adalah penilaian atau evaluasi seseorang terhadap diri sendiri secara positif atau negatif. Yang kemudian menjadi patokan sikap, tata nilai dan prilaku terbaik bagi diri sendiri.

Kejujuran dalam melakukan evaluasi diri menjadi hal penting. Akhirnya seseorang memiliki kemampuan mengukur kelebihan dan mampu menerima kekurangan diri. Hal itu berujung pada kepercayaan diri.   

Adalah benar faktor usia berkaitan dengan pengalaman hidup, bentuk kesempurnaan fisik, kekuasaan atau jabatan, tingkat pendidikan atau tingkat penghasilan menjadi pembentuk harga diri seseorang.

Pertanyaannya, kapan dan di mana seseorang mulai belajar memupuk harga diri hingga berujung kepercayaan diri?

Illustrated by pixabay.com
Illustrated by pixabay.com
Keluarga Pijakan Awal Menemukan Harga Diri

Dalam ranah psikologi dikatakan, harga diri susah dilihat secara kasat mata. Namun, untuk mengetahui harga diri seseorang, bisa diukur dengan perilaku.

Orang yang memiliki harga diri tinggi, akan merasa nyaman dengan diri sendiri, menerima kekurangan dan kelebihan, tak gampang terpengaruh pendapat orang lain, berusaha realistis dan memiliki toleransi dengan menghargai orang lain.

Keluarga adalah pusat petumbuhan awal serta wadah pengembangan sikap, perilaku dan tataran nilai buat seseorang. Setidaknya ada tiga alasan, kenapa keluarga menjadi pijakan awal harga diri seseorang.

Pertama. Kasih sayang keluarga adalah inti dari pertumbuhan harga diri. Bukan hanya pelukan dan ciuman namun juga penghargaan. Seorang anak yang merasakan kasih sayang, akan merasa dirinya penting, berharga, dan diakui keberadaannya.

Kedua. Bentuk kasih sayang bukan serba boleh dan membiarkan sesuka anak, kan? Beberapa larangan juga pertanda sayang bahkan menyelamatkan. Syaratnya? Anak tahu sebab atau alasan kenapa hal itu dilarang.

Misal? Bermain benda tajam, bermain di jalan raya, memanjat pohon tinggi. Secara naluriah, orangtua akan melarangkan? Namun, anak bisa saja ngamuk jika tak diberitahu alasan pelarangannya, tah?

Ketiga. Selain itu, melibatkan anak dalam keputusan atau menyusun peraturan, yang kemudian disepakati serta dipatuhi bersama. Semisal mengucap salam, membagi tugas rumah tangga, kapan dan berapa lama harus menonton televisi atau bermain gawai.

Keluarga yang "mengakui" keberadaan setiap anggota keluarga, serta "menitipkan" tanggungjawab sejak dini, tak hanya menumbuhkan harga diri. Namun juga mampu menjaga ikaran keluarga yang erat.

Terus, bagaimana jika seseorang gagal menemukan, bahkan memiliki harga diri?

Illustrated by pixabay.com
Illustrated by pixabay.com
Beberapa Dampak Kegagalan Menemukan Harga Diri

Seseorang yang terlambat megukur harga diri atau tak jujur menilai diri sendiri. Akan berujung kegagalan menemukan harga diri. Dampaknya? Aku tuliskan, menurut beberapa referensi dan pengalaman pribadi, ya?

Pertama. Ketakutan atau sikap malu-malu yang berlebihan. Jika usia balita, kedua hal itu masih dianggap normal. Namun jika ini bertahan hingga masa remaja bahkan dewasa? Konsep interaksi dan komunikasi yang sehat dalam keluarga serta lingkungan di luar keluarga akan membantu.

Kedua. Menggertak atau membual. Pernah menemukan orang yang suka mengertak? Atau malah membual? Kukira, itu adalah upaya perlindungan diri, untuk menutupi ketidakmampuan atau kekurangan diri.

Rasa khawatir "ketahuan" mengalami kegagalan, atau tak mau mengakui kegagalan, akhirnya mendorong seseorang menggertak atau membual. Agar eksistensinya tetap diakui.

Ketiga. Tak mampu membuat keputusan. Pola asuh sejak dini yang selalu diarahkan oleh orangtua, atau setiap berpendapat selalu dibantah oleh orangtua. Membentuk seseorang berfikir "ikuti saja!"  atau "percuma saja!" dan merasa tak berharga.

Hal ini, jika terus-menerus dialami hingga dewasa, akhirnya menyulitkan seseorang untuk memutuskan sesuatu. Karena tak terlatih dan tak memiliki kepercayaan diri untuk membuat keputusan. Bahkan untuk diri sendiri.

Keempat. Pesimis dan memendam pendapat. Unsur ketidakkepercayaan yang ditemukan di keluarga memunculkan rasa pesimis, hingga merasa akan bakal gagal. Hingga tak berani memutuskan.

Gawatnya, Karena merasa tak pernah dipercaya, atau memperkirakan pendapatnya bakal berujung kegagalan. Seseorang menjadi terbiasa memendam pendapat sendiri. Merasa diri tak berguna dan tak berperan sebagaimana orang lain.

Kelimat. Akan kesulitan memahami kehidupannya. Muaranya, orang yang gagal menemukan harga dirinya. Merasa semua di sekitarnya menjadi "ancaman" bagi dirinya. Akhirnya "bersembunyi" dari diri sendiri atau lingkungannya.

Illustrated by pixabay.com
Illustrated by pixabay.com
Akhirnya...

Orang yang memiliki harga diri, mampu mengukur kelebihan dan kekurangan diri yang akan mendorongnya berusaha maksimal untuk mencapai tujuan, juga mengenali dan mengakui kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan.

Kejujuran menilai kemampuan diri, serta menemukan harga diri sejak dini, akan berdampak positif bagi seseorang. Tumbuh menjadi pribadi yang tidak takut gagal, ceria dan terlihat rendah hati,

Keluarga yang hangat, menjadi undakan awal penemuan dan pembentukan diri seseorang. Hingga tak takut merasa gagal dan rasa malu. Karena melahirkan kepercayaan diri yang tinggi.

Demikianlah, semoga bermanfaat. Hayuk salaman!

Curup, 18. 02.2020

Zaldychan

[ditulis untuk Kompasiana]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun