Hematku, ada pada totalitas Guru TK memainkan "peran" di sekolah. Coba perhatikan, anak-anak disambut dengan senyuman saat tiba di gerbang sekolah. Diperhatikan dan didengarkan satu-persatu cerita dan keluhan mereka di sekolah.
Kemudian, saat proses belajar. Guru TK akan memilih bahasa yang mudah dimengerti anak-anak. Bercerita dengan runut dan perlahan. Serta mengulang dengan sabar saat ada siswa yang belum mengerti.
Terpenting, saat menjelaskan. Guru TK tak sungkan menggunakan bahasa tubuh. Bercerita tentang kupu-kupu, maka ekpresi dan sikap tubuh guru akan menggambarkan seekor kupu-kupu! Guru melakukan dramaturgi, agar anak-anak mengerti. Padahal proses pembelajaran itu biasanya hanya setengah hari.
Apa yang dihasilkan? Anak-anak mampu membaca, menulis, membuat beberapa kreatifitas, menguasai berbagai nyanyian, menghafal gerak senam atau tarian. Bahkan bisa mengaji dan menghafal beberapa surat pendek Alqur'an.
Hal yang jejangan tak mampu dilakukan oleh orangtua mereka sendiri! Dahsyat,kan?
Menurutku, ada tiga komponen yang biasa dilakukan guru TK , dan jarang lagi ditemui di tingkat pendidikan lebih tinggi semisal SD hingga SMA.
Pertama. Seni Berkomunikasi. Tak semua guru memiliki bekal keterampilan berkomunikasi, komunikator yang baik, akan memilih bahasa pengantar yang paling sederhana agar dimengerti oleh yang mendengar. Proses memilih bahasa pengantar saat mengajar adalah sebuah seni, Â
Kedua, Seni Berinteraksi. Dulu, akan terlihat bagaimana guru dan siswa bercerita, bercanda sambil duduk di depan kelas atau malah pulang bersama. Tak jarang dengan sentuhan personal, guru menyediakan diri menjadi teman bagi anak didiknya. Dan menjadi sosok idola, panutan dan pribadi yang menyenangkan.
Ketiga. Seni Bermain Peran. Guru mampu menjadi aktor watak! Mendalami dan menjalani peran yang diinginkan dalam setiap bahan ajar yang telah disusun. Bahasa tubuh, mimik wajah dan intonasi serta artikulasi bisa menjadi poin penting agar anak didik cepat mengerti.
Andai...