Sekarang berkembang. Tak lagi sekedar pintar dan mendapatkan ilmu pengetahuan, namun juga meraih nilai yang bagus dan ijazah pendidikan tinggi. Hal itu sebagai modal, agar bisa bersaing di dunia kerja hingga memperoleh kehidupan yang layak dan bahagia.
Perspektif itu, bertambah lagi dengan harapan dari orangtua. Bahwa sekolah tak hanya memiliki titik tekan pada sisi intelektual, tapi juga kepribadian, karakter dan strategi dalam menentukan sikap hidup. Tuh, berat kan?
Sehingga proses pengajaran yang dilakukan guru, diharapkan melalui proses kreasi yang memiliki nilai seni. Hal ini bermakna secara teori dan praktek, menjadikan proses mengajar sebagai sesuatu kegiatan yang menarik, menyenangkan, tertata dan seimbang antara kualitas proses dan hasil pengajaran.
"Perlakukan anak buah Anda seperti halnya anak-anak yang Anda kasihi. Dan, mereka akan mengikuti Anda kemana pun Anda pergi." -- Sun Tzu
Aku pribadi, memiliki pengalaman dengan empat anakku yang sekolah di Taman Kanak-kanak. Atau hal yang sama mungkin juga pernah dialami oleh para orangtua yang lain.
Tanpa disadari, peran dan kedudukan sebagai orangtua dengan sangat cepat "diambil alih" oleh guru, ustadzah atau ummi di taman kanak-kanak. Bahkan tak sampai hitungan satu bulan!
"Bilang Ummi, tak boleh..."
"Cerita Ummi..."
"Itu salah! Kata Ummi..."
Tak hanya pada ujaran-ujaran di atas. Anak-anak juga begitu patuh mengingat perintah dan larangan Ummi TK. Seakan-akan, mereka merasakan "keberadaan" Ummi TK dalam kesehariannya. Kok bisa?