"Tak ada istilah memulai dari nol saat anda gagal, kegagalan justru membuat anda lebih berpengalaman." Bong Chandra
Berbincang tentang angka nol itu terkadang seru, ya? Selain berposisi paling depan pada deret angka. Acapkali muncul juga perdebatan bahwa angka nol itu, kosong dan habis. Namun ada juga yang berpendapat, angka nol itu tetap memiliki nilai!
Biasanya, perdebatan akan hilang. Dan cenderung sepakat, bila angka nol ditaruh di depan yang lain semisal 0 dan 7 menjadi 07, dan itu bermakna kecil. Juga setuju jika angka nol ditulis di belakang semisal 7 dan 0 menjadi 70.
Keberadaan dan pengaruh angka nol itu dalam kehidupan ternyata luar biasa. Terkadang menjadi gerbang kebahagiaan. Apalagi, jika angka nol di belakangnya lebih banyak, kan?
Namun, bagaimana dengan saldo nol?Â
Jika ditanyakan pada jajaran direksi Bank Mandiri pada bulan Juli tahun 2019 lalu. Diduga karena kesalahan sistem, diperkirakan 10 persen dari total nasabah Bank Mandiri mengalami perubahan saldo massal bahkan nol rupiah.
Akhirnya, muncul kepanikan bercampur curiga, berupa pertanyaan dan pernyataan dari nasabah. Maka, pernyataan kata maaf adalah pertahanan akhir direksi kepada nasabah. Itu upaya menenangkan, sekaligus menetralisir provokasi dari pihak-pihak yang tak bertanggungjawab.
Padahal salah satu modal utama dunia perbankan adalah kepercayaan publik, tah?
Beda lagi, jika saldo nol ini ditanyakan kepada manajemen masjid Jogokariyan di Yogyakarta. Dari berbagai berita dan cerita, baik dipaparkan di media online, pada postingan di ragam media sosial. Dikisahkan, bagi pengurus, saldo nol adalah sebuah prestasi!
Pilihan manajemen keuangan yang tidak biasa, kan? Ketika jamaknya pengurus masjid, berlomba mengumumkan jumlah saldo dari hasil infak yang dimiliki. Sebagai bentuk kepercayaan jamaah. Masjid Jogokariyan Ini malah sebaliknya.