Ketika orangtua memprioritaskan kebutuhan materil lebih tinggi dibandingkan kebutuhan immateril, dianggap kesalahan fatal. Anak dibesarkan dengan limpahan materi.Â
Karena alasan kelelahan, saat anak meminta perhatian, yang keluar malah sikap dan kata-kata kasar. Bahkan ada orangtua yang sengaja menciptakan hubungan berjarak dengan anak.
Anak pun hampa perhatian, tanpa kehangatan dan kurang kasih sayang. Akhirnya anak-anak tumbuh dengan merasa orangtua tidak sayang, bersikap kasar bahkan bisa meracuni perkembangan kejiawaan anak.
Para orangtua yang "tega" meracuni tumbuh kembang anak, dalam ranah psikologi disebut toxic parents. Dan, sangat banyak orangtua tidak merasa apa yang mereka lakukan dapat meracuni psikologi anak.
Setidaknya ada dua jenis toxic parents. Pertama, orangtua yang berlaku kasar dengan rangkaian tindakan kekerasa fisik dan verbal. Kedua, orangtua yang tidak berlaku kasar, namun dampak perlakukannya meracuni kepribadian anak.
Mungkin kita semua, tanpa disengaja telah menjadi toxic parents, terutama jenis yang kedua. Secara perlahan mematikan karakter dan kepribadian anak. Dampaknya? Anak akan kehilangan kepercayaan diri juga bimbang menjalankan kehidupannya.
Pertama. Menjatuhkan dan menyalahkan anak. Ini seringkali dilakukan. Contohnya adalah melakukan perbandingan. Banyak orangtua yang membandingkan sikap, kemampuan atau kekurangan anak. Dengan saudara sendiri, anak orang lain, atau pengalaman orangtua dulu.
"Kakakmu dulu..."
"Anak kawan Ayah itu..."
"Ibu dulu..." Â
Walaupun dengan nada bercanda, atau mungkin niatnya untuk memberikan semangat anak. Hal yang terjadi, justru anak menjadi tak percaya diri, atau menjadi pembenci. Baik pada orangtua atau orang yang diperbandingkan dengannya. Siapa sih yang suka disbanding-bandingkan?