"Kenapa minat belajar anak sering berubah? Dulu sangat suka pelajaran A, sekarang malah gak suka?"
Kalimat ini, adalah pertanyaan awal dalam sebuah diskusi WAG parenting yang kuikuti. Kemudian mengalirlah cerita dan kisah berdasarkan pengalaman masing-masing dari anggota grup. Aku tulis saja refleksiku, ya?
Sebagai orangtua, aku menyaksikan proses perubahan minat belajar dari anakku Rizqy, yang biasa kusapa Kakak. Khususnya di sekolah. Sejak masa taman kanak-kanak (TK) hingga sekarang duduk di kelas 4 Sekolah Dasar (SD).
Saat di TK, Walaupun sudah mulai mengenal huruf dan angka. Dari beberapa buku panduan sekolah, Â ternyata anakku lebih menunjukkan minat pada pembelajaran mewarnai. Bisa jadi, karena itu adalah saluran imajinasi anak atau karena lebih gampang! Â
Karena secara teoritis, salah satu peran orangtua, membantu anak menemukan minatnya. Maka semampunya, kusiapkan kebutuhan peralatan melukis dan mewarnai. Termasuk puluhan buku mewarnai, pilihannya adalah berbagai tokoh kartun yang disaksikan di layar TV. Â Â
Ketika masuk  SD, dan anakku sudah bisa membaca. Malah malas membaca. Begitu juga dengan minat mewarnai yang mulai berkurang. Padahal sudah kusiapkan buku gambar. Juga mencari via youtube tutorial melukis dan mewarnai untuk anak-anak.
Anakku lebih suka pelajaran matematika! Apalagi di sekolah, khusus kelas satu ada program pelatihan sempoa. Maka hari-harinya dipenuhi dengan menaklukkan angka-angka.Aku bahagia? Iya! Karena aku barisan belakang kalu pelajaran eksakta. Hihi...
"Kenapa suka matematika, Kak?"
"Pelajaran bahasa, nulisnya banyak, Yah! Capek!"
Akupun kembali mencari perangkat pendukung buat pelajaran matematika. Tentu saja salah satunya, video tutorial. Namun, hal itu hanya bertahan sampai kelas dua.