Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Guru Favorit Itu, Jago Main Tebak-tebakan! Kenapa Tidak?

10 Januari 2020   17:45 Diperbarui: 17 Juni 2021   14:07 1541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernah merasakan serunya bermain tebak-tebakan di kelas? Bagi seorang guru, jika mahir melemparkan tebakan atau cerita lucu, akan digandrungi siswa.  

Bahkan keterampilan itu bisa menjadi senjata rahasia untuk dikenang sepanjang masa, Terkadang mengalahkan kenangan pada figur guru yang baik hati atau guru killer! Hiks...

Tentu saja, jangan pernah berharap, jika pertanyaan dan jawaban dalam dunia persilatan tebak-tebakan akan berbanding lurus. Semisal :

"Jika Kuda menghadap ke barat, Ekornya menghadap ke mana?"

"Timur!"

"Bukan! Ke bawah!"

"Ciaaaat!"

"Di mana piala dunia terakhir dilaksanakan?"

"Gampang! Russia, kan?"

"Di Lapangan sepak bola, Nak!"

"Ciaaaat! Bugh.. bugh!"

Baca juga : Bikin Awet Muda! Inilah 5 Alasan Mengapa Jadi Guru SD Itu Menyenangkan

Begitulah! Pertanyaan dan jawaban tebak-tebakan, tak mungkin dalam tahap serius seperti yang terdapat dalam buku Trik Jitu Menyelesaikan Soal UN tingkat SMA, Kumpulan Soal Agar Lulus SMPTN atau Buku Panduan Menaklukkan CAT PNS! Lupakanlah!

Namun, segaring apapun tebak-tebakan yang dilontarkan, akan menarik perhatian sekaligus  memancing pikiran dan imajinasi dari siswa. Bisa jadi berujung gelak tawa, atau setidaknya memancing emosi! Ahaaay...

iconrelocation.com
iconrelocation.com
Tak Mudah Menemukan Guruyang Mau dan Mampu Menjadi Teman!

Bayangkan saja, jika jam pelajaran terakhir. Pada suasana siang hari yang terik. Perut beserta penghuninya, sibuk menyanyikan paduan suara dengan bunyi yang sembunyi-sembunyi. Jarum jam pun berjalan irit, Dan sialnya, saat itu sedang mengerjakan soal latihan pelajaran matematika? Hah!

Terus bayangkan lagi, jika pada momen ini. Tetiba guru berdiri di depan kelas. Dengan senyum ramah dan damai, memandang semua siswa. Dan berujar,

"Anak-anak, disebut apa seorang laki-laki memiliki 4 orang istri?"  

Aih, kupikir suasana kelas akan segera berubah. Wajah-wajah jenuh dan keruh dari siswa perlahan akan kembali berseri. Kemudian akan muncul aneka jawaban!

"Pelaku poligami, Bu!"

"Playboy cap sapu!"

"Itu, lelaki serakah, Bu!"

"Bukan! Jawabannya, Suami!"

Pada titik ini, akan ada pernyataan ketidakpuasan, protes dan perasaan putus asa, bahkan kejengkelan. Namun terpaksa menerima kebenaran jawaban itu. Dampaknya? Hal itu akan mengubah suasana kelas.

Baca juga : Kontribusi Kompetensi Kepribadian Guru

Bentuk ice breaking seperti tebak-tebakan atau cerita lucu, tak hanya berfungsi sebagai upaya mengalihkan perhatian dari kejenuhan dan kejemuan atau pemecah kebuntuan suasana. Tapi juga agar titik konsentrasi dan antusias segera pulih.

Apatah lagi, jika ada materi yang memang menuntut penjelasan hanya satu arah. Maka butuh keterampilan khusus, untuk menarik perhatian siswa agar tetap intens. Hingga suasana penyajian jadi lentur dan cair.

Guru yang disukai, tanpa disadari akan melipatgandakan semangat siswa. Boleh tanyakan kepada siswa! Biasanya, mereka akan merasa rugi jika tak bisa hadir di kelas, atau bahkan berusaha lebih baik membuat tugas atau bersikap, agar tak mengecewakan guru yang disukai.

Begitu juga guru favorit. Karakter itu tak tumbuh sendiri. Jamaknya, guru-guru favorit lahir berdasarkan refleksi diri, serta memformulasikan pengalaman dari sekian banyak figur guru mereka dulu yang diteladani, dihormati bahkan disukai.

Iluustrated by pixabay.com
Iluustrated by pixabay.com
Apatah jika Dianggap Lucu, Mengurangi Rasa Hormat Kepada Guru?

Acapkali, ada garis tak kasat mata. Bahwa sosok guru digugu dan ditiru. Sukarnya, bagaimana mau digugu dan ditiru, jika sikap prilaku untuk menjaga marwah itu berujung dengan membuat jarak terhadap siswa?

Mengapa tak melakukan hal-hal sederhana tanpa biaya, seumpama bermain tebak-tebakan dan memaparkan cerita lucu, untuk "memperpendek jarak" antara guru dan siswa. Hingga menghadirkan rasa nyaman.  

Baca juga : Bagaimana Pendidikan Karakter Siswa Bisa Dijalankan Jika Guru Bebas Keluar Masuk Area Sekolah Seenaknya Sendiri?

Rasa nyaman akan kehadiran guru di dalam kelas, akan memperlancar penyampaian dan penanaman nilai-nilai yang diinginkan oleh seorang guru terhadap siswa. Bisa saja, kemudian guru menjadi figur bahkan teman curhat! Tuh, dahsyat, kan?

Coba saja, semisal seorang guru, sebelum memulai pelajaran, melontarkan pertanyaan :  

  • Sungai apa yang tidak pernah ada airnya?
  • Apa persamaan tiang listrik dan gajah?
  • Jika orang kaya menjadi miskin, maka orang miskin menjadi apa?

Kemudian, setelah hiruk pikuk dengan ragam jawaban dari siswa. Tanpa rasa bersalah jawabannya guru adalah;

  • Sungai yang ada di peta.
  • Sama-sama gak bisa terbang.
  • Orang miskin menjadi banyak.

Bisa dibayangkan suasana kelas setelah itu? Pasti heboh dan seru, kan?

Jadi, menurutku tak ada salahnya, jika memiliki simpanan tebak-tebakan, tah? Lebih keren lagi, jika bisa disesuaikan dengan bahan ajar yang akan disampaikan. Sepakat?

Eh, lupa! Pernah dengar lawan kata keringat? Tak usah dipikir. Jawabannya basahat. Hihihi...

Selamat mencoba!

Curup, 10.01.2020

zaldychan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun