Ikutan Event, Project Puisi Berbalas dan Buku Bersama.
Jika ada yang bilang, bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah sekaligus bulan penuh ujian. Saat menulis di Kompasiana, aku alami itu. Plus keseruan yang susah buat diungkap lugas. Ahaaay...
Diawali dengan ikut event THR 2019 Kompasiana yang menulis setiap hari dengan beragam tema selama ramadhan. Hasilnya? Aih, aku mesti tahu dan harus mengukur diri, kan? Hikmahnya? Aku jadi belajar menulis untuk "menaklukkan" tema yang diberikan. Bagi penulis profesional, itu hal mudah. Bagiku, itu adalah ujian. Lah, biasanya nulis di kanal fiksiana dan tanpa tema. Haha..
Kemudian ikut merayakan Event 1000 puisi yang digagas Mbak Lilik Fatimah Azzahra, Event Fiksiana Community, Diajak Mbak Anis Hidayatie terlibat dalam Project Puisi Berbalas dan Event Cerita Mini Rumpies The Club (RTC). Dua yang terakhir, di luar ekspektasiku. Malah menghadirkan karya berbentuk buku.
Semua itu, tak terpikirkan pun tak terbayangkan olehku saat mulai belajar berenang di lautan Kompasiana. Bertambahnya teman-teman dari berbagai latar belakang sosial, pendidikan dan profesi adalah sesuatu yang tak terduga dan berharga.
Malah hingga hari ini, WAG Project Puisi Berbalas masih aktif dan semakin seru! Begitu juga ketika jalinan pertemanan meluas hingga ke media sosial. Saling berbagi, bertukar komentar dan saling mendukung agar tak berhenti menulis. Itu, emejing buatku!
Bagiku, Menulis adalah Jalan Sunyi Mengenal Diri
"Menulis adalah suatu cara untuk bicara, suatu cara untuk berkata, suatu cara untuk menyapa, suatu cara untuk menyentuh seseorang yang lain entah di mana. Cara itulah yang bermacam-macam dan di sanalah harga kreativitas ditimbang-timbang."
Kutipan dari buku Seno Gumira Ajidarma, Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara, kukira menjadi inspirasiku saat menulis. Walau tak sedahsyat isi buku itu. Menulis bagian dari melatih diriku mengubah buah pikiran dan perasaan menjadi sebuah tulisan. Pun menjadi rambu-rambu bagiku. Apakah hal yang aku tulis memberikan manfaat bagi orang lain atau tidak.
Juga mendorong refleksi diri. Benarkah yang aku tulis? Mampukah aku menjalankan seperti yang aku tulis? Atau sekedar melemparkan batu ke dalam lubuk yang dalam dan membiarkannya tenggelam?