Dalam beberapa hari ini, aku terkesima dengan lalulalang kata resolusi di linimasa. Umumnya, Â anak muda. Mulai dari resolusi kaum alay, golongan lebay, kelompok fanatik serius hingga komunitas santuy jamaah rebahan.
Dulu-dulu, saat masih sering menyimak berita di televisi. Kata resolusi kerap kudengar ketika PBB memberi peringatan atau mirip-mirip ancaman dan tuntutan pada suatu negara. Apatah karena konflik politis, keamanan atau permasalahan sosial. Terus, jika tak diindahkan bakal berujung sanksi!
Aku malah jadi kagum, jika setiap orang membuat resolusi sebagai peringatan buat diri sendiri dengan ragam tuntutan. Terus, jika gagal memberi sanksi untuk diri sendiri. Ahaaaay...
Ternyata aku salah! Saat kugunakan ilmu kelirumologi dan menyigi aneka ragam status di media sosial. Kata resolusi yang ramai melintas di linimasa itu, dimaknai sebagai keinginan  atau harapan! Tuh, kan?
Jika ditanyakan keinginan, maka semua orang memiliki daftar keinginan, kan? Jejangan kalau disusun, bisa sepanjang aliran sungai Musi yang membelah pulau Sumatera bagian selatan. Jika sepanjang deretan dari Sabang sampai Merauke dianggap berlebihan.
Sependek pengamatanku, Mayoritas keinginan yang dianggap layak masuk menjadi bagian dari resolusi diri adalah khusus keinginan yang paling "wah" atau berdasarkan "prioritas". Namun, tetap saja ada, yang menyusun keinginan yang masih dalam angan-angan. Jadi, rada mirip mimpi.
Alasannya? Dengan memiliki semangat "Target harus tinggi, capaian tergantung situasi" maka, digunakan rumus berbentuk pertanyaan, "siapa tahu bisa tercapai?"
Atau mungkin juga kapok dengan idiom lama "Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit". Berdasarkan pengalaman banyak orang karena ketinggian cita-cita sehingga sering meleset dan kabur. Maka melakukan ujicoba misi down to earth, dengan merevisi idiom versi sendiri, "Titipkan cita-citamu setinggi kusen pintu!" Biar gampang tercapai. Nah! Realistis, kan?
Jadi, lupakanlah memasukkan ke daftar resolusi diri, semisal ingin mencicipi cendol dawet rasa durian, masak ayam geprek rasa nanas atau ragam keinginan sejenis. Tapi, membuat resolusi tetap saja dianggap perlu! Agar perjalanan tahun depan terarah dan tidak datar-datar aja.