Kelima. Terkadang menjadi media perlawanan bahkan penyimpan hal-hal paling rahasia, yang hanya bisa dimengerti oleh orang-orang tertentu.
Bisa berupa ajakan jahil untuk demo terhadap guru yang tak disuka, penentuan lokasi berkumpul saat jam istirahat, ajang pamer tulisan indah, atau pesan-pesan cinta dan rindu yang tersembunyi. Aduhaaaay...
Eh, di luar itu. Dengan alasan memanfaatkan barang sisa (Padahal ada yang bawa masih utuh). Ini, biasanya saat di SD. Ada saja teman yang membawa pulang kapur tulis sisa atau potongan kecil-kecil. Bakal digunakan sebagai media bermain usai jam sekolah. Ada yang pernah? Â
Arus Perubahan menjadi alasan utama, yang memaksa kita untuk bersikap luwes, lentur dan sebuah keharusan untuk mampu beradaptasi. Karena perubahan adalah hal yang mutlak.
Tanpa disadari, perubahan akan menghadirkan budaya baru dan menggerus bahkan menghapus budaya lama. Seperti halnya fungsi kapur tulis yang akan menjadi sejarah. Tergantikan spidol, sekarang layar infocus. Mungkin belum seluruh wilayah Indonesia, ya?
Kisahku, mungkin tak sedahsyat kisah Abraham Samad, mantan ketua KPK. Saat dimarahi sang Bunda, gegara kapur tulis yang diambilnya di sekolah. dan harus dikembalikan lagi ke sekolah. Kemudian menjadi pijakan Tokoh Inspiratif 2014 itu, mulai belajar tentang korupsi.
 Aku hanya membayangkan, wajah anakku yang terpana mendengar cerita tentang kunang-kunang yang mulai hilang. Penasaran dengan cara memancing belut, karena sawah beralih fungsi lahan.
Atau merasa heran melihatku mampu membuat layang-layang, berbekal selembar kertas koran bekas. Dan, sesaat lagi bakal membaca tulisanku tentang kapur tulis ini sebagai kenangan. Hiks lagi...
Hampir lupa!
Kapur tulis, tak akan pernah merusak dan mengotori pakaianmu. Sama halnya dengan cintaku padamu. Gubraaak!
Curup, 07.12.2019