Benar saja! Si Biru mengingatku. Bahkan, tawanya semakin renyah. Setiap pagi dan sore. Aku akan berdiri di depan pintu rumah.
"Hai Biru! Pergi kerja, ya?"
"Hai Biru! Baru pulang, ya?"
"Hai Biru..."
Lewat satu bulan. Hanya tiga sapaan itu. Tak pernah ada percakapan. Si Biru selalu tertawa. Orang-orang yang melihatku juga tertawa. Akupun tertawa. Aih! Apa salahnya berbagi bahagia?
Pada hari minggu kemarin. Bocah kecil yang biasa kupanggil Mentor, berkunjung ke rumah, dan merusak semuanya. Aku masih memikirkan ucapan si biang rusuh itu.
"Kek! Baju Nia itu warna hijau. Bukan biru!"
Berbeda atau dianggap berbeda dalam tulisan ini bukan dimaksudkan berprilaku sengaja "aneh" atau "ngeyel". Yang dilakukan sekedar mencari sensasi untuk kemudian basi dan mati. Tapi beda yang " bernilai dan berkelas!" Â Ahaay..
Selain itu, kenapa juga menitikberatkan pemikiran pada perbedaan? Mengapa tidak mengeksplorasi titik-titik persamaan? Hingga kemudian, kemana saja kaki melangkah atau berpaling wajah, Kita mendapatkan sajian senyuman yang ramah.
Sepakat? Hayuk salaman...
Curup., 04.12 2019
zaldychan
[Ditulis untuk Kompasiana]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H