Makna berbeda atau dianggap berbeda, terkadang memang lahir dari keinginan. Namun ada juga gegara keterbatasan diri pribadi atau lingkungan sekitar. Sehingha tak ada pilihan lain.
Coba simak cerita mini yang kutulis tadi malam, ya? Aku berikan contoh, jika berbeda itu bersebab keterbatasan.
"SI BIRU"
Kau tahu? Tak perlu mencari tantangan yang memacu adrenalin. Semisal mendaki gunung terjal, mengarungi jeram sungai nan banal, atau bertarung dengan seekor karbau liar berbekal tali berukuran tebal.
Cukup dengan menaklukan sosok gadis manis, berkerudung dan berkacamata.
Tak sengaja, kuhitung sudah dua minggu gadis itu melewati rumahku. Setiap pagi dan sore. Kudengar, tetanggaku menyapanya dengan nama panggilan Nia.
Aku, diam-diam telah memberinya panggilan istimewa. Dan, lebih suka menyapanya dengan julukan "Si Biru". Serasi dengan seragam yang setiap hari dikenakannya.
"Hai, biru!"
Gadis berseragam biru, tersenyum padaku. Tak ada sajian muka rata, seperti bisikan para pemuda yang setiap malam berkumpul di rumahku. Kukira, si biru nyaris menahan tawa. Pagi itu, kurasakan suasana hatiku bahagia seperti matahari yang cerah ceria.
Aku merasa lega. Kau pun harus tahu! Baru pada hari kelimabelas, keberanian untuk menyapa itu hadir. Dan sikap sok akrab adalah pilihan terbaikku. Agar Si Biru mengingatku.