Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Guruku Bilang, "Kamu Boleh Miskin, tapi Jangan Jadi Orang Bodoh!"

25 November 2019   09:02 Diperbarui: 25 November 2019   09:02 738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by pixabay.com

Di Hari Guru ini, aku coba mengenang sosok guru, boleh kan? Karena guru identik dengan sekolah, dan di Kompasiana ini ajang menulis dan membaca. Aku coba menulis juga mengingat guru yang mengajariku bahasa aja, ya?

Aku dulu sekolah TK juga. Ingatanku pada pemilik nama Ibu  Dharma dan Ibu Bahagia. Beliau berdua yang mengajarkan berbaris, senam pagi, berbagi makanan, berbagi mainan, menyusun gambar, mengenal angka juga huruf.

Seingatku, tamat TK aku belum bisa membaca dan menulis, apalagi berhitung. Bisanya berbaris, antrian bermain (ayunan, prosotan, manjat bola dunia), sempat menang lomba kelereng dan balap karung, bisa mewarnai, bisa menari dan berani tampil ke depan kalau diminta. Ternyata, banyak ya? Ahaaay....

Illustrated by pixabay.com
Illustrated by pixabay.com
Di Sekolah Dasar, Aku Boleh Memilih Hukuman

Saat SD, aku punya dua guru bahasa. Dari kelas 1 sampai 3, guru Bahasa Indonesiaku adalah Bu Anun (lupa nama lengkap Beliau). Badannya besar, tegas dan keras dengan aturan.

2 jenis hukuman dijadikan pilihan, dan aku bebas memilih kalau tak bisa atau tak buat PR.

Pertama, Disetrap (berdiri di sudut kelas), satu kaki diangkat serta dua tangan bersilang memegang telinga dan kepala hingga habis jam pelajaran.

Kedua, kaki atau tangan dipukul mistar panjang. (jumlah pukulannya, lupa!).

Seingatku. Walau masih terbata, saat kelas tiga, aku sudah mulai bisa membaca dan merangkai kata.

Saat naik kelas 4 hingga duduk di kelas 6. Aku diajari oleh Ibu Desmawati (Ibu Des). Walau terkadang tak lagi mengenalku, namun masih berjumpa Beliau. Saat aku mengantar anak sekolah, Beliau mengantar cucu. Dan sudah kuujarkan pada semua anakku. Jika bertemu guruku waktu SD itu, harus salaman.

Ibu Des, karakternya mirip Ibu Anun. Jadi aku udah lumayan kebal, kan? Nah! Kesulitannya adalah belajar huruf sambung, halus kasar, dikte dan mengarang! Jangan coba-coba lebih atau kurang satu huruf! Satu kesalahan dihargai 1 cubitan. Hikmahnya? Berusaha Jangan sampai lakukan kesalahan, tah? Hiks.

Illustrated by pixabay.com
Illustrated by pixabay.com
Di SMP, Aku Belajar Bahasa Indonesia dengan Nyanyian!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun