Akhirnya, kita merayakan kesepian. Matamu melepas kehilangan yang melintasi tirai jendela. Dan mataku sibuk merawat kenanganmu tentang kehilangan, agar tak lagi terluka.
Aku terlambat merakit tungku perapian. Agar kehangatan mengajak pulang senyummu untukku. Atau, akan kubakar ranting-ranting kesedihan yang pernah ada di alam pilu, dan kubiarkan kau tersesat hanya di taman rindu.
Namun kehilangan begitu mahir merajut perih sembilu, melibatkan semesta bersekutu pada ragu. Saat laju waktuku mengusik titik-titik pencarian. Kau meracik jejak-jejak bisu penantian.
Aku merindukan rindumu, merindukanku.
Kita terlalu tua untuk kembali menjadi saksi, prosesi kematian patah hati.
Curup, 29.10.2019
zaldychan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H