Tak lagi ada suara. Kau diam. Matamu menikam manik mataku. Pilihanku pun diam. Redam rasa. Simpan asa. Tak perlu kuhambur ujaran. Kau tak lagi butuh ucapan. Yang terbaik saat itu, adalah bertahan dan bersabar.
Kau tahu aku. Bak pengawas. Kau saksi nyata perjuangan dan penderitaanku. Dan kau takkan biarkan tetap begitu. Hanya menunggu waktu. Cepat atau lambat. Segala sesuatu akan kembali berpihak. Kau dan aku yakini itu.
"Mas..."
"Apa?"
"Mas tak menyesal?"
"Tentang?"
"Memilih Nunik!"
"Gak ada pertanyaan lain?"
"Karena Nunik..."
"Kenapa gak nanya dari awal?"
Aku tahu makna hati. Hanya segumpal daging. Acapkali bolak balik. Aku pun mengerti. Kau perempuan. Di jejak usiamu saat itu. Kurasa, kau tak butuh penegasan. Bukti, bukan janji. Nyaris sembilan tahun lalui waktu bersama. Tak cukup bagimu.