Kendali langkah kaki, kau ambil alih. Berdua, telusuri jalur datang tadi. Aku tersenyum. Saat kau berhenti berjalan. Memilih duduk di tangga aula. Aku duduk di sampingmu.
"Belum mau pulang?"
Tak ada jawabmu. Kuikuti diammu. Mentari pagi, sapa wajahmu yang tertunduk. Aku tahu. Tiba saatnya, kau hempaskan resahmu. Tak lagi kucegah. Kunyalakan sebatang rokok. Kubiarkan hembusan pelan. Kepulan asap rokokku iringi beningmu.
Detik pagi tertelan sunyi. Kucoba telaah lalu waktu. Terulang awal mula kolase rasa. Sejak kutemukan, kau milikku.
Kuusap pelan kepalamu agar reda tangismu. Kau menatapku. Tak lagi genangan, tapi linangan. Kau resapi resahmu. Kurasakan. Sejak tadi, kau ingin menangis di hadapku.
"Tangis itu, untuk apa?"
Mataku hujam manik matamu. Segera kau tundukkan wajah. Kutunggu. Kau hentikan tangismu. Perlahan, kembali kau tatap wajahku.
"Makasih, Mas!"
"Untuk?"
"Mamas udah datang!"
"Terus?"