Senin malam. Usai isya. Aku tiba di studio. Iir bersiap di ruang siar. Pukul delapan hingga pukul sepuluh. Sesi pertama. Masuki ruang siar. Kulihat tumpukan kertas atensi yang mesti dibaca. Berisi pesan, salam atau sekedar meminta lagu. Iir sibuk memilah kertas atensi. Aku tertawa.
"Wah! Banyak, tah?"
"Seratus lebih!"
"Kan, Penyiar favorit?"
"Terpaksa main cepat, Bang!"
"Haha..."
"Kertas atensi cuma tersisa untuk besok, Bang!"
"Langsung ke Bang Dayat! Cetak lagi!"
"Iya."
"Duit Kas ada, kan?"
Iir ajukan jempol. Kemudian menunjuk ke jam dinding. Tepat di angka delapan. Aku mengerti. Tanda iir mau opening. Tak lagi bersuara. Aku keluar ruang siar. Duduk di depan studio di jalan Kartini. Malam itu sepi.