Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

NIK | "Those Three Words" [15]

6 September 2019   08:15 Diperbarui: 6 September 2019   08:59 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by pixabay.com

Seperti senja. Kau berada di antara siang dan malam. Terang pun redup. Akui kalah pada kuasa rembulan. Patuh ikuti rotasi galaksi.

Aku diam. Selami rasa dan urai inginmu. Belum kutemukan. Kata atau kalimat. Agar kau mengerti. Bagiku, Sejak dulu kau milikku. Belum waktuku berucap janji. Jika tak mampu kuajukan bukti. Tapi adakah janji melebihi keyakinan?

"Mau dengar pepatah Minang?"

"Hah?"

"Sayang ka bini, batinggakan!"


Kau menatapku. Tertawa. Tetiba keningmu berkerut. Tanganmu menyentuh lenganku.


"Kenapa ditinggal? Aneh!"

"Haha..."

"Mas ngarang?"

"Gak!"

"Maksudnya apa?"

Semakin kuat, cengkram tanganmu di lengan kiriku. Sorot matamu ingin tahu.

Kuajukan jari telunjuk ke dahi. Memintamu berfikir. Butuh waktu. Akhirnya, kau diam tak bereaksi. Perlahan kau lepas tanganku. Kau ubah posisi dudukmu ke hadapku.

"Mas mau..."

"Iya! Tapi nunggu awal tahun!"

"Jadi, Nunik..."

"Masih dua bulan lagi, kan?"


Bila sepasang insan. Terikat rasa, usai satukan asa. Kukira, akan benci kata berpisah. Tapi jika itu adalah obat. Harus direguk. Walaupun pahit. Hal itu, malam ini kau temui.

"Nik mengerti?"

"Iya..."

"Jika..."


Kalimatku terhenti. Tanganmu membekap mulutku. Dari matamu. Aku tahu. Kau tak mau, kuteruskan ucapanku.

Mata air matamu. Sudah penuhi sudut matamu. Perlahan, kau usap beningmu. Aku menatapmu.

"Kita pernah lalui ini, kan?"

Kau anggukkan kepala. Rapikan jilbab. Meraih gelas berkopi. Kau serahkan padaku. Baru sedikit kureguk. Kau rebut gelas dari tanganku. Kau reguk habis isinya.

Kuacak kepalamu. Tak bersuara, kembali kau rapikan jilbabmu.

"Nik mau janji?"

"Hah?"

"Bereskan skripsi?"

"Iya!"

Kuajukan tangan, ajak bertukar salam. Sambil menahan tawa. Kau sambut tanganku. Dengan tangan kananmu. Kau ajukan ke dahi.


"Sah?"

"Haha..."

"Jangan ketawa!"

"Iya."

"Mau janji?"

"Iya!"

"Jadi istri Mas?"

"Iya! Eh, Mamaas..."

"Haha..."

zaldychan

getmarried | amanoftheworld | justforyou | thosethreewords

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun