"Kami tak mampu mengubah arah angin, tapi kami bisa menyesuaikan layar untuk mencapai tujuan". Â Jimmy Dean (1928-2010)
Kali ini, adalah tahun kedua Komunitas Literasi Pohon Baca (Poba) PGMI IAIN Curup, sambil mengisi liburan semester. Menjangkau dan menebar semangat literasi pada 4 Kecamatan berbeda di Kabupaten Rejang Lebong Propinsi Bengkulu.
Kegiatan yang disebut Aksi Literasi Edukasi dan Wawasan 2019 (ALEW19). Akronim ALEW ini, dalam Bahasa lokal atau suku Rejang bermakna "Jalan-jalan". Jadi, sambil jalan-jalan ke setiap desa, juga melakukan kegiatan positif. Anggaplah seperti roadshow. Asyik, kan?
Sejak awal Agustus 2019. Kegiatan ini, dilakukan bekerja sama dengan beberapa kelompok mahasiswa KKN IAIN Curup yang tersebar di 4 Kecamatan se Kabupaten Rejang Lebong. Perangkat Desa, Karang Taruna juga Risma. pokoke, melibatkan anak-anak muda.
Lah? Siapa yang diajak menjadi peserta dalam kegiatan ALEW 2019? Sasarannya, Anak-anak usia balita sampai kelas 6 sekolah dasar. Tempat kegiatannya? Tak jadi masalah! Bisa diselenggarakan di Balai Desa, ada di lapangan bola, Masjid dan Musholla, di sekolah atau malah rumah penduduk.
Pertama, Dinamika Kelompok. Ini dilakukan sesudah acara pembukaan dan perkenalan. Teman-teman Poba mengajak anak-anak untuk bermain, bernyanyi dan menari bersama (ice breaking). Tujuannya, tak hanya untuk mencairkan suasana tapi juga menghimpun keakraban antara anak-anak dengan teman-teman Poba.
Kedua, Nonton Film Edukasi dan Motivasi. Dengan bermodalkan peralatan infocus plus layar dan laptop. Biasanya, peserta malah minta diarahkan ke dinding mirip-mirip layar tancap tahun jadul, ya? Aneka film tentang motivasi belajar, lingkungan juga pesan moral dipilih untuk disajikan. Semisal menghormati orangtua dan toleransi pada sesama.
Ketiga, Menyimak Dongeng dan Pembacaan Puisi oleh teman-teman Poba. Terkadang, juga mengajak anak untuk ikut membaca puisi karya sendiri atau bercerita dengan bahasa ibunya. Ingat, Kabupaten Rejang Lebong itu penduduknya multi etnis, loh?
Keempat, Membaca Buku Anak. Anak silahkan bebas membaca aneka buku anak-anak yang sudah dibawa teman-teman Poba sesuka mereka. Mirip-mirip pustaka keliling, ya? Biasanya diberi durasi 1 hingga 2 jam. Nah, ini yang ditunggu anak-anak! Terkadang rebutan! Haha...
Terus? Nah, diakhir pertemuan akan diminta anak-anak menceritakan buku yang dibacanya. Atau apa saja yang mereka rasakan dan alami, sesudah ikut kegiatan itu. Â Apatah anak-anak mau? Nah, Teman-teman Poba sudah menyiapkan stimulus untuk itu. Berupa permen dan makanan ringan! Hehe...
Juga menyediakan doorprize bagi anak-anak yang bisa menjawab pertanyaan dari anak-anak Poba. Jangan khawatir bagi yang gak bisa jawab. Juga bakalan kebagian permen, makanan ringan dan segelas air kemasan. Murah meriah, ya?
Harapannya, dengan mengenalkan pola kegiatan seperti ini. Melihat perangkat desa, anak muda serta para orangtua anak-anak di desa yang turut menyaksikan dengan antusias. Siapa tahu berminat melakukannya secara mandiri. Minimal pelan-pelan memantik lahirnya perpustakaan di desa yang dikawal anak-anak mudanya. Kayaknya keren, kan?
Manfaat bagi teman-teman Poba? Aih, setidaknya menyebarkan ide sederhana, dengan target menghadirkan senyuman di setiap akhir pertemuan sudah cukup. Sambil melatih setiap individu, jika nanti selesai kuliah, mampu beraksi dengan wadah atau cara berbeda di tempat asal masing-masing.
Di luar itu, tak ada kendala berarti. Tak ada yang tak bisa diwujudkan, jika bersama dan bekerja sama, kan? Seperti kalimat pengantar diawal tulisan ini.
Jika tak mampu mengubah arah angin. Butuh kemampuan mengarahkan layar, agar mencapai tujuan. Kalimat itulah yang tertanam di benak semua Penggerak Pohon Baca PGMI IAIN Curup.
Curup, 01.09.2019
zaldychan
[Ditulis Untuk Kompasiana]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H