Sejak tadi kau diam. Tertinggal detik yang iringi detak laju lalu. Tak kuusik. Aku mengerti inginmu. Dari kisah juga impianmu. Kau bingkai keindahan esok. Kau ujarkan. Pun kau goreskan. Dengan tanganmu pada berlembar surat.
Bagiku, memulai esok harus lalui waktu. Tapi kau reka esok dengan kondisimu saat itu. Tak kubiarkan. Hal itu bebanimu.
"Kapan pertama kali bertemu?"
"Hah!"
"Nik, Ingat?"
"Kelas satu MTs?"
"Pas tamat. Berpisah, kan?"
"Iya! Empat tahun."
"Tanpa berita! Nik di Bengkulu. Mas ke Padang Panjang!"
"Mas..."
"Kapan bertemu lagi?"
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!