"Malam ini, pikirkan dulu. Besok pagi bilang! Mau?"
Kuanggukkan kepala. Kau sebaliknya. Gelengkan kepala. Tak sempat kucegah. Bulir beningmu kembali hadir. Tak lagi kau tahan tangismu. Aku terdiam. Biarkan kau hempaskan sesakmu. Jemarimu, mencengkram erat lenganku.
Hujan sudah benar-benar berhenti. Tak lagi bersisa gerimis. Hanya gemericik genangan air, sesekali terdengar. Saat dilindas kendaraan di sisi jalan. Tapi tangismu, belum usai. Kali kedua. Malam itu.
"Jangan paksa diri! Lain kali juga bisa, kan?"
"Nik ikut, Mas!"
"Kenapa tanya lagi?"
Kembali diam. Kau usap sudut matamu. Berusaha tata hatimu. Matamu hujam manik mataku. Kau butuh kekuatan. Agar mampu ujarkan yang ada di pikiranmu. Aku tersenyum.
"Sebenarnya. Nik mau ngomong apa?"
"Mau minta Maaf!"
"Hah?"
"Nik merasa bersalah!"