Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

NIK | "Those Three Words" [8]

28 Agustus 2019   08:15 Diperbarui: 28 Agustus 2019   08:46 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hujan mulai reda. Namun butirnya belum usai. Begitu juga kerut keningmu. Sesekali matamu dalam diam. Ikuti kepulan asap rokokku.

"Kenapa diam?"

"Nik mau tanya!"

"Apa?"

"Pakaian Mas untuk..."

"Udah siap!"

"Jas?"

"Gak! Panas..."

"Bukannya..."

"Mubazir! Kan, tertutup jubah!"

"Haha..."

"Kalau dasi, tunggu tangan Nunik!"

"Lah? Kemaren udah belajar, kan?"

"Lupa lagi!"

"Sengaja lupa?"

"Biar dipasangkan!"

Sambil tertawa. Kau berdiri. Tak bicara. Segera masuk ke rumah. Bunyi pagar dibuka. Ibu kost menuju ke beranda. Melihat padaku.

"Mana Nunik?"

"Pulang!"

"Hah? Kalian bertengkar?"

"Gak! Barusan lewat pintu itu!"

Ibu kost tertawa. Gelengkan kepala, segera menuju pintu rumah. Berselisih denganmu yang mau keluar. Tawa ibu kost semakin keras. Kau berjalan ke arahku. Tanganmu membawa segelas air. Juga kantong plastik besar. Segera kau letakkan di atas meja. Wajahmu ingin tahu. Kau kembali duduk di sisiku.

"Tadi ibu kenapa?"

"Apanya?"

"Ketawa?"

"Oh! Tanyain Nunik kemana!"

"Terus?"

"Mas jawab, Nunik pulang!"

Giliranmu kali ini. Tawamu penuhi beranda. Kau serahkan gelas padaku. Kureguk isi gelas. Terasa hangat. Aku memandangmu. Sambil tunjuk kantong plastik di atas meja.

"Jubah! Kalau masih hujan. Besok Nik bawa!"

"Oh?"

"Itu ada kamera, Mas! Kemaren Nik pinjam!"

"Hah?"

"Haha..."

"Malah ketawa! Mas gak...."

"Nik tahu! Mas gak akan pikirkan itu!"

"Sengaja lupa?"

Tak kuhiraukan tentang kamera. Bapak kostku miliki tim fotografer. Setiap momen wisuda perguruan tinggi di Kota Padang. Beliau dan Tim akan hadir. Acapkali, aku diajak sebagai asisten. Atau mengantar foto yang selesai dicetak. Lumayan untuk bertahan hidup.


Karena itu. Kupikir, cukuplah untuk abadikan momen untuk besok. Selain itu. Sudah dijelaskan saat gladi resik. Panitia juga sediakan tukang foto dan bisa ditebus.


Kubuka kantong plastik. Keluarkan kamera. Memeriksa baterai dan roll film. Masih kosong. Aku garuk kepala. Kau tertawa.

"Nik lupa! Kan, dari kampus Nik langsung..."

"Biar besok, Bapak kost yang isikan!"

Kau anggukkan kepala. Kuserahkan kamera padamu. Kau bingung menatapku. Tapi tanganmu memegang kamera.

"Kenapa Mas?"

"Besok aja! Nanti kena hujan rusak!"

"Oh!"

"Makasih, ya?"

"Biar bisa bebas foto! Apalagi mau ke kampung!"

"Iya."

"Tapi Nik belum terlalu..."

"Mas bisa!"

"Lah? Kan Mas yang..."

"Memangnya Mas gak punya teman?"

Wajahmu memerah. Aku tertawa menatapmu kau tutup wajahmu. Kuacak kepalamu. Aku memahami logikamu malam itu. Kau hanya berfikir empat kutub. Amak, Abak juga kau dan aku.


"Foto saat Mas ujian skripsi, masih sama Nunik, kan?"

"Iya! Nik simpan!"

"Besok dibawa, ya?"

"Hah?"

"Biar Amak dan Abak lihat!"

"Semuanya?"

"Iya!"

"Tapi ada foto..."

"Nik nangis?"

"Iya! Mas juga, kan?"

"Eh? Gak ada, kan?"

"Ada! Kalau gak percaya. Nik ambil dulu!"

"Waduh!"

"Haha..."

"Sebenarnya, Mas bukan nangis!"

"Haha..."

"Mas lagi temani Nunik! Biar dianggap kompak!"

"Iiih..."

 

zaldychan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun