Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menelaah Buku Sastra, agar Anak Bangsa Tak Buta Membaca dan Lumpuh Mengarang

24 Agustus 2019   13:52 Diperbarui: 24 Agustus 2019   18:04 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam pidatonya Taufiq Ismail menyajikan fakta. Pada tingkat SMA, Pengajaran Sastra tergusur ke pinggir dalam pelajaran Bahasa Indonesia, perbandingan antara Pengajaran Sastra dan Tata Bahasa pada rasio 10 -20% berbanding 90 -80%! Jika dibandingkan dengan kewajiban membaca karya sastra 25 buku dalam 3 tahun di Algemeene Middelbare School (AMS) masa Hindia Belanda dulu. Kini, terperosok jauh. Sekarang berapa? Aku sukar menjawabnya. Hiks   

Sumber foto : https://www.kompasiana.com/melukis-kata
Sumber foto : https://www.kompasiana.com/melukis-kata
Penekanan pada kemampuan membaca sastra, dipaparkan dengan ilustrasi kekaguman Taufiq Ismail. Bahwa, Generasi siswa MULO-AMS (SMP-SMA) yang bercelana pendek di tahun 20-an, 30-an,40-an itu bernama Sukarno, Hatta, M Yamin, Ruslan Abdulgani, Wilopo, Kasimo, Syafruddin Prawiranegara, Tan Malaka, juga Rosihan Anwar.

Mereka mulai membaca karya sastra sejak MULO-AMS dan mayoritas dari mereka memiliki kemampuan tinggi dalam menuliskan fikiran mereka, sebagai panen buah latihan mengarang di sekolah dahulu. Buku dan esai seperti anak sungai, terbit mengalir dari tangan mereka.

Ada 4 empat komponen keterampilan berbahasa, yaitu Menyimak, Berbicara, Membaca, dan Menulis. Yang termaktub dalam pelajaran bahasa Indonesia. Secara normatif, pelajaran sastra diakui memiliki peran penting dalam tujuan pendidikan nasional.

Pertanyaannya, seberapa banyak anak SMA yang masih mengenal buku "Salah Asuhan" karya Abdul Muis? "Di bawah Lindungan Ka'bah" karya Hamka, atau "Siti Nurbaya" dari Marah Rusli. Bukan hanya kisah percintaan, tapi juga konflik sosial bahkan konflik budaya antar bangsa?

Pada masa 36 minggu efektif belajar dalam satu tahun pelajaran, Berapa banyak Siswa kita membaca buku sastra? Yang punya anak masih sekolah, silahkan tanya. Pelajaran Bahasa Indonesia menjadi Kurikulum Nasional yang wajib ada dalam semua tingkatan pendidikan. Namun, mayoritas terjebak pada kajian struktur dan tata bahasa, tah?

Illustrated by pixabay.com
Illustrated by pixabay.com

"Pengunggulan secara berlebihan pada jurusan eksakta sudah harus ditanggalkan, bahwa peradaban bangsa ditentukan oleh penanaman literasi di sekolah yang dimulai lewat buku sastra." Taufiq Ismail.

Dalam sebuah Workshop Buku Bacaan Sastra, di Wisma Handayani Jakarta tahun 2002. Sapardi Djoko Damono bahkan berpendapat; "Pengetahuan tentang sastra agar dihapus dan tak lagi diajarkan di sekolah. Tapi diganti dengan membaca buku sastra dan mengarang. Kalau mau pengetahuan tentang sastra. Pelajari di perguruan tinggi!"

Idealnya, Pembelajaran sastra melalui bahasa dan budaya memberikan pengetahuan tentang bahasa sekaligus mengenal budaya bangsa. Sastra menjadi media yang dapat dimanfaatkan dalam mengenalkan budaya bangsa melalui bahasa tulis. Belajar sastra, bahasa dan budaya membangun cara berpikir yang lebih kritis terhadap lingkungan sekitar dan mampu bersosialisasi.

Sastra menjadi alat perekam berbagai sejarah yang dapat menggambarkan berbagai peristiwa yang dibangun oleh pengarang dengan bentuk cerita. Sastra adalah cerminan masyarakat yang digambarkan oleh pengarang dengan menanbahkan imajinasi. Sastra yang berupa imajinasi sekalipun pengarang tidak sepenuhnya sadar bahwa memasukan data yang menyangkut keadaan sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun