"Biar!"
"Eh? Kenapa Nunik..."
"Nanti kalau Mas sudah..."
Kalimatku, juga ucapanmu terhenti. Tak lagi menatapku, dua tangan menopang dagu. Kau lempar pandangmu ke depan. Pantai Padang tertutup asap tebal Pabrik Semen Padang. Kau memilih diam. Aku terbiasa, dan berkali kualami tetibamu. Ketika rasamu harus lakukan itu. Tak berbatas ruang juga waktu.
Jam istirahat. Kantin mulai ramai oleh dosen, karyawan juga mahasiswa. Beberapa kali aku bertukar sapa dan salam. Tapi kau tak terusik. Menikmati alur fikir dan rasamu.Â
Kukira seisi kantin seperti mengerti. Tak ada yang mengusik usil sudut biru. Kujentik gelas di hadapmu, dengan jariku. Kau menatapku. Tak kau balas senyumku.
"Beneran mau makan di Warung Bude?"
"Iya!"
"Nanti sore ke situ! Sekarang..."
Kau anggukkan kepala, ada senyum untukku. Kuacak kepalamu. Kau mengerti. Siang itu, hadir beningmu berhasil kuhindari.
#Nik