"Haha..."
"Boleh, ya?"
"Kan, gak dilarang?"
Lagi, kau geleng kepala. Ekspresi wajahmu berubah-ubah. Kau baca setiap kalimat. Dua halaman, selesai kau baca. Kukira minatmu lenyap. Menyigi isi. Kau tutup skripsiku. Diletakkan di meja.
Tak seperti biasa di penghujung september. Malam itu cerah. Orang-orang ramai lalu lalang. Di jalan depan rumah. Berkelompok, berpasangan atau sendirian. Tapi tidak di beranda. Asap rokokku temani sunyi.
Kau diam. Tundukkan wajah. Mata air matamu. Hadir lagi malam itu. Aku diam. Menunggu usai tangismu. Perlahan. Kau angkat wajahmu. Dua tanganmu mencengkram lenganku.
"Makasih, Mas!"
"Untuk?"
"Sudah..."
"Kenapa menangis?"
Tak ada jawabmu. Kau diam. Kutatap lekat matamu. Bulir bening itu, penuhi dua sudut matamu. Aku mengerti sebab tangismu. Kubiarkan puisi itu jadi prasasti. Apapun akhir kisah. Antara kau dan aku.