"Lari menyelamatkan diri!"
"Teriak Allahuakbar! Eh, Astagfirullah!"
"Bukan itu! Tapi, Hidup Anak Adam!"
"Pukul tiang listrik!"
"Diam di rumah!"
Jawaban anak-anak itu salah? Tentu saja tidak bisa disalahkan, tah? Toh, anak menjawab berdasarkan pengetahuan yang dimiliki, juga pengalaman empirik yang dialami. Bisa bersumber sari berita di televisi, film, orang-orang di sekitar atau apalah. Yang kemudian menjadi referensi jawaban anak, kan?
Beberapa jawaban itu, berawal dari pertanyaanku; "Adik-adik, kalau terjadi gempa. Apa yang biasanya dilakukan?". Lontaran pertanyaan itu kuajukan tahun 2007, pada siswa kelas 1 MIM Talang Ulu. Kecamatan Curup Timur. Kabupaten Rejang Lebong. Udah lama, ya?
Aku ceritakan pengalamanku aja, ya? Kok bisa-bisanya makhluk sepertiku, hadir di ruang kelas. Haha...
Sekilas Program Kesiapsiagaan Bencana untuk Anak.
Akhir tahun 2006, aku terlibat dalam program Child Disaster Awareness for School and Communities (CDASC) hasil kerja sama PP Muhammadiyah dan Ausaid dari Kedutaan Besar Australia. Program ini menitikberatkan pada penggalian kapasitas dan peningkatan kesiapsiagaan bencana khususnya bagi anak-anak di sekolah dan di masyarakat.