"Mereka tahu hasil 2 + 2 = 4, tapi tak tahu mengapa 2 x 2 juga sama dengan 4!"Â (Goenawan Mohamad, Catatan Pinggir 3)
Dua buku pelajaran, bertamu dan bertemu namun tak berteman di dalam tas sekolah seorang siswa. Keduanya akan berhimpitan karib, selama satu semester pada tahun pelajaran baru.
Buku pertama bersampul plastik rapi. Tanpa ada coretan di cover luar atau di lembaran dalamnya. Setiap sudutnya tak ada yang bergulung-gulung, seperti buku yang pernah dipakai dan sering dibaca. Padahal bukan buku yang baru dibeli.
Buku kedua, juga bersampul plastik. Namun, sebagian covernya sudah ada yang robek. Isi bukunya penuh coretan, dan di setiap sudutnya kumal dan lecek. Dari cap perpustakaan sekolah, diketahui jika buku kedua ternyata seumuran dengan buku pertama.
Kedua buku tersebut berbaur di dalam tas siswa yang besar dan padat. Penuh sesak dengan buku tulis dan alat-alat tulis, peralatan makan, botol minuman, sandal harian yang mesti dibawa dan dimasukkan kantong plastik hitam, serta pakaian olahraga.
Nyaris setiap hari, kedua buku tersebut berhadapan. Walau tak saling berkenalan dengan seabrek peralatan itu. Seperti siswa pemilik tas dan isinya, semua sibuk dengan fungsi dan tugas masing-masing.
"Dunia adalah buku, dan mereka yang tidak bepergian hanya membaca satu halaman." (Augustinus)
Buku pertama, membayangkan berbahagialah semua peralatan itu. Selalu dibawa untuk digunakan. Termasuk buku kedua, yang sampulnya robek dan seluruh sudutnya tampak lecek. Pasti sangat dibutuhkan!
Tak bermaksud membandingkan. Buku pertama, merasa terabaikan. Keberadaannya, tergantikan oleh buku beberapa lembar yang disebut LKS (Lembar Kerja Siswa). Buku Pertama menyadari, fungsi abadinya sekarang, hanyalah sebagai pendamping. Tak lebih dan tak kurang. Merasa diri tak berguna, walau berpenampilan lebih istimewa.