"Iya!"
"Di Jadual, pukul sepuluh, kan?"
"Iya!"
"Lah?"
"Disuruh keluar!"
"Udah selesai? Berarti tunggu pengumuman?"
Kuanggukkan kepala. Irfan segera melihat jam di tangan. Terlihat ada kerutan di dahi  saat menatapku. Kuangkat alis mataku. Kemudian menatap wajah gerombolan. Sudut biru heboh. Tanda tanya berseliweran di udara. Kupilih nikmati rokokku.
Beberapa mulut, memanggil namaku. Kulihat di jalan masuk kantin. Ni Yul tersenyum anggukkan kepala. Isyaratkan dengan gerakan, memintaku kenakan jas dan kopiah. Kukira belum sepuluh menit. Tapi aku tahu. Saatnya bagiku kembali temui tim penguji.
Langkahku pelan saat memasuki ruang sidang. Kau di sampingku. Hanya beberapa orang ikuti aku, termasuk Pipinx dan Ajo. Semua berhenti di kursi pengunjung. Aku berjalan ke tengah ruangan. Berhenti dan berdiri di sisi kursi. Di belakang meja hijau. Kulirik Pak Il. Seakan tak peduli hadirku. Matanya tekuri skripsiku.
Di hadapanku, lima wajah. Kulihat tenang. Kukira tak ada debat serius. Ni Yul, sibuk menulis. Kuduga berkas ujianku. Aku tak tahu, rasaku saat itu. Naluriku menuntun asa. Ketua tim menatapku tajam. Kubalas tatapan itu. Tak lagi memintaku duduk. Segera meraih palu sidang. Ayunkan dua kali ke meja. Sidang kembali dibuka.
Suara ketua tim penguji, sekaligus ketua jurusan. Tidak setegas tadi. Lebih pelan. Jelas dan menusuk.