Peran Media Sosial dan Media Massa
Hubungan plotanik bisa dijumpai di media sosial semisal di facebook, Instagram, Twitter bahkan grup Whatsapp, tah? Misal dalam sebuah grup WA, akan ada komunikasi intens bahkan personal. Berpijak pada kesamaan ide, gagasan serta prinsip dan saling menghormati atau menghargai.
Padahal tak saling berjumpa? Contoh gampang, adalah komunikasi di kolom komentar Kompasiana? Sapa santun, salam hormat, salam hangat dan terima kasih mewarnai interaksi. Keren, ya?
Jika melakukan terjemahan bebas poligami bukan perkawinan, tetapi memberikan atau berbagi perhatian pada objek yang sama. Semisal menulis tentang kasus "ikan asin", pilpres atau pertemuan Jokowi dan Prabowo yang berseliweran di Media Sosial dan Media Massa. Jejangan, tanpa sadar, kita sudah melakukan "poligami platonik"?
Apatah itu positif? Harusnya, begitu. Karena esensi dasar dari poligami dan platonik adalah berbagi perhatian. Negatifnya? Jika kemudian, dalam membangun hubungan "Poligami Platonik" tersebut disertai dengan bau tak sedap dari "ikan asin". Hiks...
Jadi? Kukira butuh rekontruksi sikap dan rekonsiliasi hati. Sehingga kita leluasa menikmati apa adanya ikan asin, bukan memaknainya sebagai "ikan asin". Atau merefleksikan hubungan "poligami platonik" tanpa berpoligami, jika belum sampai pada level platonik. Ahaay...
Ada yang sepakat? Hayuk salaman.
Curup, 14.07.2019
[ditulis untuk Kompasiana]