Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Aku, Kau Panggil "Ayah!"

17 Juni 2019   17:38 Diperbarui: 18 Juni 2019   12:43 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by : pixabay.com

Tak ada pelukan atau ciuman perpisahan. Hanya tautan telapak tangan dan jejak basah ujung bibirmu di tanganku. Usapan di kepala adalah cara yang pantas untuk melepasmu. Kubiarkan, kau memulai langkah, menelusuri garis takdir hidupmu.

"Ayah, aku diterima bekerja!'
"Hamdallah!"
"Tapi jauh dari..."
"Tak usah pikirkan ayah!"
"Kalau..."
"Bekerjalah yang jujur!"

Waktu mengajarkanku. Menjadi ayahmu, bukanlah menjagamu. Menjadi ayahmu, tak mesti harus bersamamu. Dan, menjadi ayahmu adalah mempersiapkan dirimu. Menjalani hidup saat kau jauh dariku.

4/.
"Maaf, Yah! Aku belum bisa pulang!"
"Iya. Jaga dirimu!"
"Ayah apa kabar? Sudah sehat, kan?"

Laju waktu, mengabarkan padaku. Kau tak hanya mampu menjalani hidupmu tanpaku, namun akupun terlatih menempuh sisa garis hidupku tanpamu. Menelusuri ruang-ruang sepi.

Sesekali tersenyum, mengenang tawa bahagiamu saat kugendong di pundakku. Tertegun mengingat tangismu, saat duri menusuk kuku jemarimu. Pun, menitikkan airmata memandang potretmu. Ketika acara kelulusan dari sekolah dasar hingga wisuda.

"Ayah! Minggu depan, aku pulang!"
"Syukurlah! Kau ajak calon mantuku?"
"Belum! Kan, harus menikah dulu, Yah?"

Akh! Tak sabar menunggu kedatanganmu. Harus kuucapkan, kau benar-benar anakku. Tak lagi perlu kau ajukan berbagai pembuktian untuk menyakinkanku, jika kau anakku. Kuingin, kau tahu itu. Akan kuujarkan padamu, saat bertemu.

5/.
"Ayah! Aku pulang!"

Bagiku, kalimat itu laksana untaian lirik syahdu yang dilontarkan penyair termahsyur. Ketika dulu, bibir mungilmu terbata mengeja sapa. Hingga aku luruh dengan rasa syukur.

Dulu, saat pertama kali kau ucapkan panggilan ayah untukku. Dengan mata berbinar dan sudut bibirmu penuh senyuman. Tanpa airmata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun