"Siapa tahu, Nunik juga menyusul!"
"Iya, Bu. Di amiinkan!"
"Tetaplah bersama!"
Ibu kost tersenyum. Segera pamit masuk ke rumah. Kau tertunduk. Kau dengar ucapan terakhir ibu kost. Sambil ajukan gelas di tanganmu ke hadapku, kau duduk di sampingku. Aku menatapmu. Tak bicara. Awalnya kau biarkan, tapi risih selimutimu. Kau tutupi wajahmu. Aku tertawa.
"Gak boleh?"
"Jangan lama!"
"Kenapa? Khawatir naksir?"
"Iiih..."
Sejak pagi, duet jarimu gagal beraksi. Tapi tidak sore itu. Kulihat, lengan kiriku memerah. Perih pasti. Kubiarkan kau hempaskan rasamu. Aku belajar banyak dan jadi tahu suasana hatimu, dari cubitanmu. Kutunjuk gelas di meja.
"Panas?"
"Hangat! Nik campur air dingin."