Sejak pagi hingga malam. Udara sabtu itu hangat. Tapi tidak dirimu. Ada mendung di hatimu. Sejak senja, dua kali beningmu hujani rasa. Itu caramu, ketika berkisah tentang asa. Kau dan aku.
"Nik ikut Mas?"
"Hah?"
"Senin, Mas mau ke kampus!"
"Antar skripsi?"
"Mau? Senin kosong, kan?"
Kau menatapku. Anggukkan kepala, ada senyum di bibirmu. Kuraih kopi bergelas. Bersisa sedikit. Kau reguk habis gelas berisi air putih. Tak bersuara. Kau berdiri. Kau bawa gelas kosong itu. Lenyap di balik pintu. Dan kembali dengan gelas yang sudah utuh penuh. Kau ajukan padaku. Aku tertawa.
"Bayarnya sama, kan?"
"Apanya?"
"Minumnya nambah!"
"Haha..."
"Bilang aja tak boleh pulang!"
"Baru jam delapan! Mas mau pulang?"
Tak perlu kujawab. Agar mendungmu, tak kembali hadir. Kureguk isi gelas. Terasa hangat. Kau ambil gelas di tanganku, kau letakkan di hadapku. Aku terkejut melihat reaksimu.
"Lah? Mas masih mau minum!"
"Nik tahu..."
"Eh!"
"Mas takkan bilang. Kalau habiskan minum. Itu tanda, Mas mau pulang, kan?"
"Nik masih rindu, ya?"
"Gak tahu!"
Aku tertawa. Kuacak lagi kepalamu. Kau pun tertawa. Aku jadi tahu. Kau terbiasa dengan caraku. Tanpa bicara, kau mengerti inginku. Kau menatapku.
"Mas kurusan, sekarang!"
"Haha..."
"Nik lihat. Mas..."
"Doakan sehat!"
"Pasti. Tapi..."
"Mas akan gemuk kalau..."
"Apa?"
"Nunik juga gemuk..."
"Hah!"
"Biar dianggap kompak! Kalau jalan bareng, tak dibilang angka sepuluh!"
Kau tertawa. Lengan kiriku perih, duet jarimu kembali beraksi. Aku mengerti. Kau tak ingin aku segera pergi. Tapi, tak lagi ada cerita kau miliki. Kualihkan dudukku ke hadapmu. Kau terdiam menunggu.
"Jahitan Nunik banyak?"
"Ada tiga!"
"Selesaikan. Jangan kecewakan pelanggan!"
"Kemarin Nunik gak bisa..."
"Gak konsen? Karena Mas?"
"Iya! Eh, maksud Nunik..."
"Seminggu bisa beres?"
"Hah! Jahitan?"
"Iya!"
"Nik coba dulu!"
"Usahakan!"
"Kenapa? Mas..."
Kau menatapku. Kukira kau berfikir dan mencoba membaca arah bicaraku. Aku tersenyum. Tak biasa bagimu. Jika aku bicara tentang jahitanmu.
"Minggu depan. Ikut Mas!"
"Kemana?"
"Ke rental! Beresin skripsi Nunik!"
Kau terdiam. Tak kulepas tatapanku. Kau tundukkan kepala. Aku tahu semua aralmu. Dan aku tahu. Kau bertahan karenaku.
"Kan, Mas mau bersiap ujian skripsi?"
"Kapan pun ujian. Mas siap!"
"Tapi..."
"Mau atau tidak?"
#Nik
#GetMarried #PowerofLove #BecauseofYou #SayLovewithLetter #LoveJustaintEnough #BorntoFight #ThereisaWay
Note :
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1440 H. Mohon Maaf Lahir dan Batin.
Untuk semua pembaca NIK. Terkhusus untuk Mas/Mbak Moderator Kompasiana.
Terima kasih banyak memberi wadah untuk berbagi novel ini. Salam hangat dan salam hormat dariku.
Hormat dariku