Sejak tinggalkan pantai maghrib tadi. Kau tetap diam ikuti aku. Tak lagi ada beningmu. Aku tahu, bukan mataair matamu lakukan itu tapi rasamu. Tanganmu wakili itu. Erat kau cengkram lengan dan bersandar di bahuku. Hingga harus kau lepas, saat turun dari angkot putih. Di jalan Cendrawasih.
Beranda rumah kostmu sepi. Ibu kost sudah melihat dari jendela. Kau hentikan langkah di pagar menghadapku. Matamu menghujam manik mataku.
"Mas langsung pulang?"
"Kopi Nunik habis?"
Kau tersenyum. Menggeser pintu pagar menungguku. Tak lagi bicara. Aku berjalan memasuki halaman ke arah jendela. Kau di belakangku. Senyum ibu kost menyambutku. Kuucap dan bertukar salam sambil berdiri.
"Apa kabar? Udah lama gak datang, kan?"
"Dimarahi Nunik, Bu!"
"Gak mungkin! Ibu pasti tahu, kalau kamu berdua lagi marahan."
"Haha..."
"Bilang Nunik, lagi sibuk skripsi?"