Ucapanmu terhenti. Aku menatapmu. Sejak perjalanan pulang, rasamu campur aduk. Aku tahu, kau senang kuajak ke Siguntur kampung Amak. Walau hadir beningmu, dan kau minta janjiku.
Sekarang kau bicara kuliahmu. Juga masa tiga tahun, kebersamaan kau dan aku. Aku tak tahu zigzag pikiranmu.
"Ada apa? Nik, Khawatir?"
"Iya! Eh, entahlah..."
"Tentang?"
"Kita."
"Kenapa?"
"Mungkinkah nanti..."
"Gak usah dibahas! Jika tentang mungkin!"
Aku jadi mengerti arah pembicaraan itu. Juga hal yang sedang kau pikirkan. Kau masih menatapku.
"Tapi, Nik..."
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!