Menyalurkan hobi sambil menunggu berbuka? Aih, itu baru kusadari tema #samberthr pada hari ini, Saat membaca beberapa artikel warga Kompasiana. Begitulah, resiko acapkali telat, ya? haha...
Mau nulis tentang hobi membaca, sudah ada. Menulis? Udah banyak. Jalan-jalan? udah banyak yang nulis. so, aku menulis tentang hidroponik aja, ya? Karena menulis dan berhidroponik, mengisi waktu luangku akhir-akhir ini. Dan itu setiap hari dilakukan. Termasuk saat menunggu berbuka puasa.
Desember tahun 2018 kemarin, aku menjadi warga Kompasiana (ternyata sudah 5 bulan, ya?), sudah "memanen" 491 artikel. Nyaris satu bulan 100 artikel, ya? Maafkanlah! Terkadang, gak bisa ngerem kalau udah baca dan lihat artikel keren dari warga Kompasiana. Aku suka terbawa arus.
Saat ini, mayoritas artikelku pada kategori fiksiana, beberapa di kategori humaniora, ada juga di kategori gaya hidup. Dan baru satu artikel di kategori politik. Itu angka "perjuanganku" yang tertera pada statistik profil dalam proses belajar menulis.
Dan akan terus belajar untuk komitmen dan konsisten menulis dari para legenda Kompasiana yang sudah hasilkan ribuan artikel. Hal itu tentu tak mudah, dan menjadi contoh konsistensi yang luar biasa dan menginspirasi
Kenapa Memilih Hidroponik?
Alasan pertama, selain cara ini masih langka di Curup, serta gak punya lahan. Juga biar betah di rumah usai pulang kerja. Dan dekat dengan keluarga setelah seharian tak dirumah. Kasihan juga, anak-anak bakal kehilangan "figur" ayah, jika aku keluar rumah terus, kan?
Alasan kedua, pernah kutulis. "jika menulis sastra melembutkan jiwa, maka berhidroponik menenangkan jiwa". Gak percaya? Coba aja! Berhidroponik melatih ketelatenan dan ketelitian, hal yang kurang dariku. Ada lagi! Memandang kehijauan tanaman hidroponik juga menyejukkan mata, usai seharian menatap layar monitor di tempat kerja. Pun, ujar-ujar orang tua, melihat yang hijau-hijau itu, menyehatkan mata.
Alasan ketiga, Memanfaatkan ruang yang kosong dan mengajak dan mengenalkan kepada anak-anak sejak usia dini, bahwa memulai sesuatu itu, tak harus dari modal dan bahan yang mahal. pun tak musti jauh-jauh, di rumah juga bisa. Haha..
Alasan keempat, ketika berhidroponik, momen yang ditunggu anak-anak adalah saat panen, kan? ada keseruan apatah lagi bermain air dan kerjanya gak ribet. Tapi, karena di pelupuk mata mereka, melihat proses bagaimana tanaman itu berkembang hingga tiba waktunya panen. Setidaknya, anak-anak tahu, tak ada yang instan, kan?
Alasan kelima, ternyata berhidroponik itu juga "menghanyutkan" waktu. Tahu-tahu udah sore. Tahu-tahu udah maghrib. Tahu-tahu udah berbuka aja. Haha..
Deretan Gambar Asyiknya Berhidroponik
Curup, 20.05 2019
zaldychan
[ditulis untuk Kompasiana]