Adanya regulasi bagi perusahaan untuk mengurangi produksi barang berbahan plastik juga mereduksi sampah plastik. Aneh dan bakal mubazir saja, jika pencegahan hanya di masyarakat, tapi pembiaran dilakukan kepada pengusaha untuk memproduksi, kan? Misal perusahaan dihimbau melakukan "take back" terhadap produknya yang sudah menjadi sampah.
Kedua, Meningkatkan Awareness Masyarakat.
Peningkatan kesadaran dan kepedulian di masyarakat takkan mudah. Berbagai kampanye yang dilakukan dianggap belum signifikan mengurangi sampah atau limbah plastik. Karena targetnya adalah mengubah atau meminimalisir "kebutuhan dan ketergantungan" terhadap barang yang mengandung undur plastik.
Jamak di kota besar, yang dilakukan adalah pada muaranya, yaitu pelatihan dan pengolahan serta memanfaatkan "daur ulang" sampah plastik. Bukan permasalahan di hulu, yaitu mengubah pola pikir masyarakat. Sulit? Pasti! Namun itu salah satu solusi, tah?
Ketiga, Pengendalian Dimulai dari Lingkup Terkecil.
Bukan rahasia lagi, sampah rumah tangga adalah penyumbang akumulasi terbesar sampah. Menghindari atau sama sekali tanpa plastik, kukira sukar, ya? Bagiku, pengendalian konsumsi plastik bisa dimulai dari keluarga. Misal;
- Membuat perencanaan saat berbelanja. Apa saja item belanja yang membutuhkan plastik dan tidak. Jadi sudah ada antisipasi kebutuhan.
- Meminimalisir membeli produk yang menggunakan berbahan plastik. Bisa juga dengan membawa sendiri dari rumah.
- Mengolah sendiri bahan baku  untuk konsumsi di rumah. Mengurangi membeli konsumsi yang sudah jadi.
Suatu kebiasaan, sukar untuk dirubah, kan? begitu juga dalam penggunaan barang berbahan plastik. Tapi, tentu tak ada yang tak bisa jika mau.
Aku kutip saja jargon dari KH. Abdullah Gimnastiar, dengan 3M. "Memulai dari yang kecil, memulai dari diri sendiri dan memulai dari sekarang." Sepakat? Hayuk salaman..
Curup, 10.05.2019
Zaldychan
[ditulis untuk Kompasiana]
Taman Baca:Â http://dietkantongplastik.info | www.bbc.com/indonesia | http://ramaingintahu.blogspot.com | https://www.idntimes.com