Walaupun Virtual, Manusia Idealnya juga Memiliki Kaca SpionÂ
Tak hanya dalam berkendaraan. Dan, dalam kelirumologiku, Manusia idealnya juga musti menyediakan kaca spion dalam menjalankan kehidupan. Walaupun secara virtual. Agar dalam berinteraksi serta saat berbeda arah, tak menimbulkan huru-hara. Ahaaaay..
Sebagai makhluk, pasti ada alasan mengapa Tuhan menciptakan keterbatasan pandangan mata. Tidak diakumulasikan fungsinya dengan mata milik burung hantu atau ikan, tah? Tak juga ada gunanya mempertanyakan itu. Kecuali mengambil hikmah, kenapa begitu, kan?
Coba kaitkan empat makna filosofis kaca spion diatas, jika dipraktekkan dalam hubungan interaksi antar sesama. Maka akan ada wujud kehati-hatian dalam bersikap, berprilaku, berbicara. Juga menjunjung tinggi toleransi, kan? Selain menjalankan norma agama, norma hukum, norma susila dan norma adat. Pasti bakal asyik dalam bershilaturahmi, kan?
Di musim pemilu ini, aku terlanjur menganggap jadi arena balap, Kontestannya tak hanya Capres atau Caleg atau tim kampanyenya. Malah pendukung juga ikut balapan. Dan, namanya pembalap pasti menafikan kaca spion. Wong balapan, jalurnya satu arah, kaca spion tak berfungsi juga mengganggu aerodinamis!
Tapi, sigi-sigi kehidupan tak berhenti. Sesaat sesudah pemilu, tah? Akan banyak kisah bentrokan, tak saling sapa, keretakan rumah tangga, permusuhaan antar keluarga. Aih! Bakal banyak jika di inventarisir, kan? Kukira, jika dari awal, menggunakan kaca spion, bisa meredam ini, ya?
Belajar dari Kisah Tragis Narcissus
Narcissus di Mitologi Yunani adalah putra dari Dewa Sungai Cephissus dan Peri Liriope. Sejak kecil, Narcissus dikenal dengan keelokan parasnya. Berdasarkan buku karya penyair bernama Publius Ovidius Naso berjudul Metamorphoses, pada suatu hari Liriope bertemu dengan peramal buta bernama Tiresias. Peramal tersebut mengatakan Narcissus akan panjang umur selama dia tidak mengenal dirinya sendiri.
Singkat cerita, Narcissus dicintai oleh peri bernama Echo. Namun saat bertemu Echo, Narcissus menolak mentah-mentah cinta peri tersebut. Sang peri sedih tak berkesudahan hingga akhirnya mati. Suatu hari Narcissus merasa haus, ia memutuskan untuk minum di sebuah sungai. Namun, niat Narcissus untuk minum batal seketika saat Narcissus melihat bayangan dirinya dari air.