Hujan belum lagi reda. Bunyi jatuh ke atap bernada, penuhi ruang sunyi. Antara kau dan aku di beranda. Duduk berdua, tanpa suara. Air teh di gelasku, bersisa sedikit. Asbak baru itu, sudah berdebu abu.
Sejak dulu. Kuingin memandangmu dari dekat. Kau masih menunduk. Jemarimu, memainkan ujung jilbabmu. Kau tahu aku menatapmu. Kau biarkan. Tetiba, kau alihkan matamu padaku.
"Jika Nunik..."
"Orang baik!"
"Eh! Orang baik?"
"Tak mendiamkan tamu!"
"Iiih..."
Aku menunggu. Kali ini, tak ada cubitmu. Kuraih gelasku. Belum sempat kuminum, kau rebut dari tanganku. Menandaskan isinya. Aku terpana, menatapmu. Kau tersenyum. Segera berdiri, menghilang ke dalam rumah.Â
Dan kembali. Dengan gelas yang sama. Kepulan asap tipis yang sama. Tapi isinya beda. Kau taruh gelas itu di hadapku. Dan tertawa.
"Energen sereal! Masih panas!"