Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Tercekat, Memaku Artefak Peradaban

1 April 2019   22:22 Diperbarui: 1 April 2019   22:28 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by : pixabay.com

kicauan pipit dan punai meramaikan siang. gemericik air, membelai sisi-sisi pematang. cangkul dan arit, terdampar di kamar belakang. benih dan pupuk terhampar di etalase pedagang. kau pilih impian di kejauhan.

domba dan kambing berganti merpati. berdiam di puncak gedung tinggi. sapi dan kerbau berwujud ikan koi. terkunci di kotak kaca berbingkai besi. menghitung hari-hari matahari, lewati sapaan sepi.

kicauan pipit dan punai tertera dalam kaset-kaset bajakan. gemericik air comberan, menyengat liang-liang pernafasan. cangkul dan arit, terpajang di pelepah ingatan. tercekat, memaku artefak peradaban.

di balik kayu-kayu lapuk hunian, kau renungi cermin waktu. diantara koin recehan di tangan. kau renangi pilu malu.

Curup, 01.04.2019
zaldychan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun