Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Berlari, Menggali Reruntuhan Takdir Diri

30 Maret 2019   15:48 Diperbarui: 30 Maret 2019   16:05 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

tubuh kecil itu terus berlari, menggali reruntuhan takdir diri. legam kulit tak peduli, menantang tabir matahari.

ia tak lagi memeluk makna luka, pun tak lagi menjenguk wajah duka. sapaan ayah temui kata mati, sapaan kakak terhenti mati. sapaan adik telah mati. terkubur di tepi kali. damai dalam sunyi.

tubuh kecil itu berhenti berlari, lugas tangan menggali reruntuhan. tak peduli, tatapan harian. ketika iba berselaput kasihan.

putik-putik kesedihan tak lagi ketakutan. detik-detik kematian bukan lagi ancaman. ia harus bergegas menipu waktu, menimba peluh rindu. mengusik cerita-cerita masa lalu.

tubuh kecil itu memeluk sepi. tak kuasa sembunyikan mimpi. bersisa harap, satu sapaan tak pernah mati. walau raga ibu, tertelan rekah perut bumi.

Curup, 30.03.2019
zaldychan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun