"It's hard not to feel happy when you make someone smile" - Roy T. Bennett
Ungkapan diatas, terjemahan bebasnya kira-kira: "Sulit untuk tidak merasa bahagia, ketika kamu membuat seseorang tersenyum". Gegara merasakan itu, aku penasaran terus mengulik kata senyum. Haha..
kubaca bebas dari beberapa referensi di gudang arsip Mbah-G. Dari kajian fisiologis, senyum adalah ekspresi wajah. Sebagai akibat dari gerakan bibir atau sudut bibir, terkadang diiringi gerakan di sudut mata. Karena dorongan rasa bahagia dan rasa senang.
Secara ajaib, senyum memiliki dampak luar biasa. Semisal dilakukan seorang lelaki plus sentuhan subjectif, bercampur keinginan membuat perempuan melangit. Maka, diujarkanlah kalimat: "Senyum itu, membuatmu semakin cantik! Bisa dibayangkan dampaknya?Â
Terkadang, tak peduli kondisi faktual, jika perempuan itu lagi di masa peralihan dari Pitecanthropus Erectus ke Meganthropus Paleojavanicus! Aih, Maafkeunlah! Ini, sekedar mengekspresikan kedahsyatan sebuah senyuman! Maaf, ya?
Aku keliru, ketika memaknai "keajaiban" senyum sebagai gerakan fisiologis dan ungkapan atau ekspresi rasa saja. dari pemberi dan penerima senyuman.
Ternyata, keajaiban senyum tak berhenti disitu. Puluhan atawa ratusan figur memiliki filosofis serta sudah mendeskripsikan makna senyuman! Aku sajikan beberapa tokoh saja, ya?
Semisal Buya Hamka; "Senyum sejati itu milik anak-anak! Karena tak disertai apa-apa!"Â Dengan asam garam hidup, serta bisa jadi jutaan suguhan senyuman. Buya Hamka menelisik "motif" dari pemilik senyum. Bahwa secara tak tertulis, disepakati, anak-anak itu suci dari "kepentingan" apapun, kan?
Sujiwo Tedjo pernah berucap; "Sebaik-baik wajah, miliki senyum yang gampang diingat!" Aktris lawas Marilyn Monroe menetapkan; "Senyum adalah make-up terbaik wanita". Â Nah, kedua figur ini, memaknai senyuman beraroma "fisik", tah?
Penulis Indonesia Esti Kinasih, menuliskan; "Dibalik senyum dan tawanya, cowok itu gunung es yang kokoh!" Mbak Esti, menyigi makna senyuman secara "psikologis"! Bahwa bagi lelaki, senyum juga tawa adalah kamuflase sebuah "benteng". Canggih, kan?
Bunda Teresa pun sepakat dengan kalimat "Memberi dengan senyum adalah Pemberi terbaik!"Â Luar biasa, kan? Karena, saat dilakukan, senyum tak butuh energi besar. Cukup tarik sudut bibir kiri dan kanan secara natural dan ikhlas!Â
Dalam ajaran Islam, senyum adalah ibadah sedekah yang paling mudah dan murah. Setuju, kan?
di era milenial, senyuman tak sekedar ekspresi rasa bahagia! secara luarbiasa mengabaikan kajian fisiologis! Bisa bermakna sebaliknya! Gak percaya?
Kukira, pernah mendengar atau membaca seliweran kalimat: "Senyummu Dukaku", "Senyummu merobek kantongku". Atau bermunculan dalam lintas literasi. Semisal senyum pahit, senyum getir, senyum kecut, senyum sinis, senyum kerut. atawa ungkapan "senyum-senyum sendiri" yang bermakna "begitu", kan? Ahaaay...
Jadi, silahkan memilih atau tentukan sendiri, pilihan yang melatarbelakangi senyum milikmu. Tak perlu ribet sepertiku. Sok menulis makna selarik senyuman. Lakukan saja! Semampu dan semampus ikhlasmu. Semoga menjadi ibadah yang murah dan sebabkan suasana meriah!
Itu aja! Apatah lagi, sekarang malam minggu, kan? Hayuk, Jangan lupa Senyum!
Curup, 23.03.2019
zaldychan [Ditulis untuk Kompasiana]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H