"Jika Anda bukan bagian dari penyelesaian, Anda merupakan bagian dari persoalan"
Entah Quote siapa! Namun deretan kata itu tercetak dibelakang sampul buku berjudul "Mengubah Kebijakan Publik (Panduan Pelatihan Advokasi)". Suntingan Roem Topatimasang dkk. Buku terbitan INSISTPress di bulan mei 2016, adalah edisi cetak ketujuh sejak Mei 2000.
Karena belum naik kelas untuk membahas secara mendalam isi buku itu. Kupilih membahas quote-nya saja. Boleh, ya? Apatah lagi kalimat itu dipasang di halaman sampul. Walau pun di bagian belakang. Tentu ada unsur disengaja, kan?
Harfiah quote itu, seenaknya dan secara lugas mengkotakkan si "Anda" ke dalam hitam-putih, siang-malam atau pahit-manis sebuah resiko dari interaksi sosial.
Secara teoritis interaksi sosial adalah "hubungan" antar pribadi, pribadi dengan kelompok, bisa juga antar kelompok. Dengan berbagai motivasi semisal persamaan ide, memiliki kepentingan atau kebutuhan yang sama, bisa juga disebabkan kondisi yang mengharuskan akulturasi atau asimilasi budaya.
Interaksi sosial itu bisa dilakukan. Jika memenuhi dua syarat, yaitu adanya kontak sosial yang bersandar pada tataran nilai dan norma yang berlaku atau disepakati bersama (konsensus). serta jalinan komunikasi dengan lima unsurnya. Komunikator, komunikan, pesan yang disampaikan, media pesan dan efek dari pesan itu. Waduh! Kajian teoritis kontak sosial dan komunikasi, udah banyak yang bahas, kan? Aku gak mau ikutan. Haha...
Dalam kiramologiku, akan muncul sebuah persoalan, jika terjadi "kusut masai" saat melakukan kontak sosial atau ketika berkomunikasi. Dengan berbagai latar perbedaan dalam dinamika sosial, semisal pandangan keyakinan, politik, budaya dan sebagainya. Yang memicu saling adu telunjuk dan bermuara pada urusan merasa benar dan yang lain salah.
Jika interaksi sosial dilakukan berpijak dari quote di atas, itu bermakna si "Anda" musti lalui tahapan menginventarisir, melakukan analisa dan menemukan sintesa atawa antitesa diri! Agar kemudian beraksi atau bereaksi secara tepat. Biar tak terjebak pada pertanyaan, apakah masuk ke area penyelesaian atawa permasalahan?
Apakah kemudian idemdito maknanya; bahwa jika si "Anda" menyigi kesalahan artinya otomatis bagian dari kebenaran dan masuk pada bagian penyelesaian? Atau si "Anda" tak mampu melakukan kebenaran kemudian menyigi kesalahan dan menjadi bagian dari permasalahan? Apatah hidup se-otomatis itu? Ahaaay...