Jam diangka dua. Saat aku tiba di robex. Hari itu ujian lisan pelajaran fiqh. Lelah pasti. Tapi perut pun harus diisi. Aku memasak nasi. Doyex tak langsung pulang. Membeli sambal. Ketika teriakan Pipinx terdengar.
"Mpuuuanxs!"
"Wa 'alaikum salaaam!"
"Haha! Assalamu'alaikum!
"Tadi. Sudah dijawab!"
"Hehe! Ada surat Nunik!"
"Hah?"
Pipinx tertawa. Menatapku. Sepucuk surat. Ditangan kanannya. Bersampul biru. Pipinx masih berseragam sekolah. Kukira surat itu. Baru sampai. Dan pipinx segera menemuiku. Surat sudah berpindah tangan. Aku tak tahu wajahku. Sepertinya tersenyum. Pengganti terimakasih. Kubaca alamat pengirim. Dan kuletakkan di atas tempat tidur.
Terdengar salam dari doyex. Kuambil bungkusan sambal. Segera ke dapur. Menyalin ke piring. Mengecek nasi. Sebentar lagi masak. Dan bergabung lagi. Menikmati riuh suara Pipinx dan Doyex. Membahas surat itu. Ucapan pipinx mengejutkanku.
"Kenapa belum dibaca?"
"Eh? Makan dulu!"