Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Di Selasar Sepi, Lelaki Itu Menanti Kematian Matahari

24 Februari 2019   22:22 Diperbarui: 10 Juni 2019   12:14 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by: pixabay.com/Kellepics

Aku tahu, kau dapat merasakan tatap hampa, manik mata lelaki itu. Juga getaran ragu bibir itu, berucap baitbait rindu. Lelaki itu, kembali mengeja aksaramu.

Kau pun tahu. Usai mengeja aksaramu, lelaki itu kembali sembunyi di bilik sunyi. Menyemai bukti bakti, menuai nyeri janji. di selasar sepi, lelaki itu menanti kematian matahari.

Matahari mengganti hari, bulan temani malam. Lelaki itu tak jeri, mereguk rajah rajam. Berkali mengeja nyeri, tak henti meniti arti memiliki. Kau pun tahu. aku lelaki itu.

Curup, 24.02.2019
zaldychan [Aksara dan Cinta]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun