Aku tahu, kau dapat merasakan tatap hampa, manik mata lelaki itu. Juga getaran ragu bibir itu, berucap baitbait rindu. Lelaki itu, kembali mengeja aksaramu.
Kau pun tahu. Usai mengeja aksaramu, lelaki itu kembali sembunyi di bilik sunyi. Menyemai bukti bakti, menuai nyeri janji. di selasar sepi, lelaki itu menanti kematian matahari.
Matahari mengganti hari, bulan temani malam. Lelaki itu tak jeri, mereguk rajah rajam. Berkali mengeja nyeri, tak henti meniti arti memiliki. Kau pun tahu. aku lelaki itu.
Curup, 24.02.2019
zaldychan [Aksara dan Cinta]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!