Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sidang Semu

2 Februari 2019   13:10 Diperbarui: 3 Februari 2019   17:53 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrated by : pixabay.com

Kronologis peristiwa, tokoh, saksi kunci dan juga korban harus di abadikan. Dengan tulisan, gambar juga film. Agar tercetak tebal dalam ingatan semua orang. Hingga satu abad ke depan.

Badu segera duduk di meja hakim. Dan tersenyum, saat hadirin juga ikut duduk dalam hening. Awak media cetak dan elektronik, menyita nyaris setengah ruang sidang.

Beberapa orang yang pernah menjadi saksi, saksi ahli juga saksi kunci turut hadir. Dari masyarakat biasa, utusan pemerintah, para akademisi bahkan beberapa duta besar negara sahabat. Sudah duduk di kursi plastik. Menggunakan earphone agar Ucapan Badu segera bisa di mengerti. Jireng dan Bonanda, pasangan suami istri sudah duduk di kursi terhormat. Sebagai pengusung sekaligus mewakili penggugat kasus ini.

Badu anggukkan kepala ke arah pintu kecil yang terletak di sebelah kiri. Kegaduhan terjadi. Dengan pengawalan ketat, sosok lembut nan halus segera duduk di kursi terdakwa. Segera duduk saat Badu kembali anggukkan kepala.

"Hukum seberat-beratnya, Pak!"
"Pantas dihukum Mati!"
"Kirim ke Planet Mars saja! Itu, kalau bisa!"
"Masukkan ke dalam Kardus, Tenggelamkan di Kawah Merapi!"
"I love..."

Tok... Tok... Tok..
Riuh gemuruh di ruang sidang seketika lenyap. Wajah Badu terlihat dingin. Mengedarkan pandang sekeliling ruangan. suasana semakin sunyi. Badu meletakkan palu sidang. Segera menatap terdakwa.

"Kamu tahu, kenapa di sini?"
"Tahu yang mulia!"
"Siapa Namamu?"
"Air!"
"Alias?"
"Tak ada, Yang Mulia. Dari dulu..."
"Jangan bohong! Jika kamu bohong di persidangan, akan memberatkan hukuman!"
"Saya tidak..."
"Kamu pernah dengar peristiwa Air Bah? Bencana Tsunami? Kasus Air Keras atau air oplosan yang dicampur BBM?"
"Tapi itu ulah..."
"Sudah dibuktikan di persidangan. Ada jejakmu di situ!"
"Aku menolak semua tuduhan itu, Yang Mulia!"

Suara terdakwa tertelan sunyi. Badu segera meraih satu jilid seperti lembaran makalah berwarna abu-abu. Diam dan menekuri makalah itu. Sesekali membalikkan halaman. Membaca fakta dan data persidangan yang dikumpulkan dalam satu kardus berisi berkas ratusan ribu halaman. Satu minggu, Badu berusaha keras. Menimbang dan menyigi data dan fakta yang tersaji. Tetiba, Badu merindukan secangkir kopi tanpa gula.

Sudah setengah jam. Ruang sidang bertahan sunyi senyap. Semua mata memandang Badu. Yang masih menekuri lembar kertas dihadapannya. Saat terdengar suara terdakwa dengan nada nyaris berteriak, memusnahkan sunyi ruang sidang.

"Dalam Konstitusi, di tuliskan. Jika air, tanah dan lain-lain dikuasai oleh negara!"
"Diam! Siapa yang memintamu berbicara?"
"Yang menjalankan negara adalah pemerintah. Harusnya pemerintah yang digugat!"
"Hei! Negara atau pemerintah hanya menguasai dan memiliki! Kamu melakukan! Mengerti bedanya?"
"Tapi bukan aku yang melakukan?"
"Jadi siapa menurutmu? Negara? Pemerintah? Banjir? Tsunami? Longsor? Sekalian saja, kau bilang..."
"Iya, benar! Tuhan!"
"Hah?"
"Karena Tuhan Pemilik dan Penguasa semua!"
"Dan, kau tahu. Aku tak bisa menghukum Tuhan!"

lirih suara Badu terdengar jelas dan tegas. Semua terkesima. Kagum dengan kecerdasan Badu. Tetiba hadir tepukan bergemuruh di ruang sidang yang berubah menjadi diskotik. Cahaya kamera timbul tenggelam. Badu menikmati suasana itu. Perlahan, pengunjung sidang meninggalkan ruangan. Badu dan Wince juga. Sibuk berpelukan. Lupa, sidang belum diputuskan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun