sesuatu yang aneh hinggap dikepalaku. cairan kental menimbun rambut, menjamah wajahku. tak menyentuh mata pun menutup telinga, tapi menumpuk dimulutku. bukan merah darah, warnanya biru.
diamlah! aku hanya singgah!
itu, bisikan maut! tak senada dengan kata- kata kusut bermakna carut. tetiba mataku menyaksikan bocah kecil bermain di selokan, memegang erat kresek hitam serta saringan teh di tangan kiri dan kanan. berusaha menjaring ikan dan menangis, kalah oleh sergapan burung pelikan.
kau lihat?
bisikan itu tak lagi maut. tapi aku terkejut! telingaku menangkap gelombang cacian juga makian. lelaki tanpa pakaian sibuk meringkus sosok perempuan tanpa pakaian, yang tergolek pingsan di lantai bergambar pahlawan.
kau ingat?
airmata bergulir pelan dari sudut mataku. menelusuri cairan kental berwarna biru, membilas mulutku. tak sabar, kuingin berujar tanya. tapi lidahku terbata.
aku terluka, tapi diciptakan tak miliki hati. aku tak ingin seperti kau, manusia. memiliki tapi seperti tak punya hati!
tetiba matahari padam. tapi bukan malam
Curup, Â 31.01.2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H